Krisis Pengelolaan Sampah di Kota Bandung: Tantangan, Inovasi, dan Harapan Menuju Kota Nol Sampah

Avatar photo

Porosmedia.com — Kota Bandung, yang dahulu dikenal sebagai “Paris van Java,” kini menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah. Dengan populasi sekitar 2,5 juta jiwa, kota ini menghasilkan sekitar 1.800 ton sampah setiap harinya. Ketergantungan pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti yang sudah kelebihan kapasitas semakin memperparah situasi, terutama setelah kebakaran hebat yang melanda TPA tersebut pada tahun 2023.

Tantangan Utama dalam Pengelolaan Sampah

1. Ketergantungan pada TPA Sarimukti
Bandung tidak memiliki TPA sendiri dan sepenuhnya bergantung pada TPA Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat. Setelah kebakaran di TPA tersebut, kapasitas pengiriman sampah dibatasi menjadi sekitar 628 ton per hari atau 150 ritase, jauh di bawah kebutuhan harian kota.

2. Pemilahan Sampah yang Belum Optimal
Meskipun telah diterapkan skema “Tidak Dipilah, Tidak Diangkut” sejak Oktober 2024, implementasinya masih menemui kendala. Banyak warga belum terbiasa melakukan pemilahan sampah dari sumber, dan infrastruktur pendukung seperti TPS3R belum merata di seluruh wilayah.

3. Tumpukan Sampah di TPS dan Sungai
Akibat keterbatasan pengangkutan, sampah menumpuk di berbagai TPS dan bahkan mencemari sungai-sungai di sekitar Bandung. Pada Februari 2025, tercatat sekitar 136 titik dengan volume sampah mencapai 400 ton yang belum terangkut.

Baca juga:  Musrenbang Kelurahan Melong Harus Berbasis Kebutuhan Tapi Bukan Karena Keinginan

4. Keterbatasan Lahan untuk Pengelolaan Mandiri
Upaya pengelolaan sampah di tingkat RW menghadapi hambatan berupa keterbatasan lahan untuk mendirikan fasilitas pengolahan seperti rumah maggot atau kompos. Hal ini menghambat perluasan program Kawasan Bebas Sampah (KBS) yang saat ini baru mencakup sekitar 25% dari total 1.596 RW di Bandung.

Langkah Strategis Pemerintah Kota Bandung

1. Pembentukan Satgas Pengelolaan Sampah
Pada Januari 2024, Pemkot Bandung membentuk Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Penerapan Kebiasaan Baru Pengelolaan Sampah untuk mempercepat perubahan perilaku masyarakat dalam mengelola sampah.

2. Peningkatan Kawasan Bebas Sampah (KBS)
Jumlah RW yang tergabung dalam program KBS meningkat dari 283 menjadi lebih dari 400 RW. Program ini bertujuan untuk menyelesaikan pengelolaan sampah di sumbernya melalui kolaborasi lintas sektor, terutama dengan masyarakat.

3. Inovasi Teknologi Pengolahan Sampah
Pemkot Bandung bekerja sama dengan PT Bandung Inovasi Organik memperkenalkan konsep “Three Brothers” dalam pengolahan sampah, yaitu Ngarohrab (penimbunan sampah), Bio Fertinet (kompos berbasis bakteri lokal), dan Maggot Farming (pemanfaatan larva Black Soldier Fly untuk mengurai sampah organik).

Baca juga:  Keutamaan Bulan Suci dan Al-Qur'an, Pesan Erwin dalam Semarak Ramadan Bandung Utama Titik ke-18

4. Pengembangan Infrastruktur Pengolahan Sampah
Empat Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) telah beroperasi, yaitu Nyengseret, Tegalega, Babakan Siliwangi, dan Batununggal. Dua TPST lainnya, Cicukang Holis dan Gedebage, direncanakan mulai beroperasi pada April dan November 2025. Jika semua berfungsi optimal, diharapkan dapat mengolah hingga 500 ton sampah per hari.

5. Edukasi dan Kampanye Pengelolaan Sampah
Pemkot Bandung mengintensifkan edukasi pengelolaan sampah hingga ke tingkat pelajar, dengan harapan membentuk kebiasaan baik sejak dini. Selain itu, kampanye “Tidak Dipilah, Tidak Diangkut” terus digalakkan untuk mendorong masyarakat melakukan pemilahan sampah dari sumber.

Harapan Menuju Kota Nol Sampah

Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan, Pemkot Bandung menargetkan pengurangan pengiriman sampah ke TPA Sarimukti menjadi 40 ritase per hari pada tahun 2026. Untuk mencapai target ini, diperlukan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam melakukan pemilahan dan pengelolaan sampah secara mandiri.

Krisis sampah di Bandung menjadi cerminan tantangan perkotaan dalam mengelola limbah domestik. Namun, dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, serta penerapan teknologi dan edukasi yang tepat, harapan untuk mewujudkan Bandung sebagai kota nol sampah bukanlah hal yang mustahil.

Baca juga:  Peringati BLA, Bambang Ajak Pemuda Tunjukan Empati dan Solidaritas Kepada Palestina