Kota Bandung Perkuat Citra Wisata: Kolaborasi, Data, dan Digitalisasi Jadi Kunci Daya Saing Global

Avatar photo

Porosmedia.com, Bandung – Kota Bandung terus menegaskan diri sebagai salah satu destinasi wisata unggulan nasional bahkan internasional. Melalui pendekatan berbasis kajian, data, dan kolaborasi lintas sektor, Pemerintah Kota Bandung berupaya memperkuat citra pariwisata yang berkelanjutan dan berdaya saing global.

Komitmen tersebut ditegaskan dalam Sosialisasi Citra Pariwisata Kota Bandung Tahun 2025 yang digelar di Hotel Savoy Homann, Jalan Asia Afrika Bandung, Selasa (7/10/2025). Kegiatan ini menghadirkan berbagai unsur penting, mulai dari akademisi, pelaku usaha, komunitas penggiat wisata, hingga organisasi perangkat daerah. Sebanyak 75 peserta hadir secara langsung, dan 102 lainnya mengikuti secara daring.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung, Adi Junjunan Mustafa, menyampaikan bahwa hasil kajian terbaru menunjukkan citra pariwisata Bandung di mata wisatawan masih sangat kuat dan positif. Bandung dikenal memiliki keunggulan yang sulit ditandingi: perpaduan antara kreativitas warga, warisan sejarah Asia-Afrika, serta kekayaan kuliner dan belanja.

“Daya tarik utama Bandung tetap terletak pada wisata kuliner, belanja, dan warisan sejarah yang hidup berdampingan dengan kreativitas masyarakatnya. Event-event kreatif tumbuh pesat berkat dukungan warga dan pelaku ekonomi kreatif yang dinamis,” ujar Adi.

Namun di balik reputasi tersebut, Adi juga menyoroti tantangan yang belum terselesaikan seperti kemacetan, kebersihan lingkungan, dan promosi digital yang belum terintegrasi sepenuhnya di seluruh wilayah kota.

Baca juga:  FPD PUPR Akan Mensinergiskan Perangkat Daerah Dengan Usulan Musrenbang Masalah Kemacetan Dan Banjir

“Rekomendasi utama dari kajian ini menekankan pentingnya penguatan promosi berbasis data, pengembangan destinasi tematik di tiap kecamatan, dan kolaborasi lintas sektor. Pariwisata tidak bisa hanya digerakkan oleh pemerintah; semua pihak harus terlibat aktif,” tegasnya.

Disbudpar juga tengah menjalin kerja sama strategis dengan Politeknik Pariwisata (Poltekpar) NHI Bandung untuk menyusun kajian lanjutan seperti Kajian Persepsi Wisatawan terhadap Kawasan Heritage Kota Bandung dan Kajian Pariwisata Ramah Muslim. Hasil kajian ini akan menjadi dasar kebijakan promosi dan pengembangan destinasi wisata yang lebih inklusif.

DPRD Apresiasi Kontribusi Ekonomi, Minta Solusi Konkret

Dalam kesempatan yang sama, Ketua DPRD Kota Bandung, Asep Mulyadi, memberikan apresiasi tinggi terhadap kontribusi sektor pariwisata yang signifikan terhadap pendapatan daerah. Berdasarkan data tahun 2024, sektor ini menyumbang sekitar Rp900 miliar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan total kunjungan wisata mencapai 8 juta wisatawan per tahun.

“Citra pariwisata yang baik tidak hanya dibangun lewat promosi atau desain visual, tetapi juga lewat pengalaman positif wisatawan saat datang ke Bandung,” ujar Asep.

Baca juga:  Menjadi Penjaga Gerbang Pikiran: Teropong Filsafat Aristoteles

Menurutnya, kehadiran Kereta Cepat Whoosh yang memangkas waktu tempuh Jakarta–Bandung menjadi sekitar 1 jam membuka peluang besar bagi peningkatan kunjungan wisatawan. Namun, Asep juga mengingatkan agar pemerintah serius menangani masalah klasik seperti kemacetan, parkir liar, lonjakan sampah akhir pekan, serta keamanan dan kenyamanan wisatawan.

“Masalah ini harus diselesaikan secara komprehensif melalui koordinasi lintas dinas, termasuk Dinas Perhubungan, DLHK, Satpol PP, dan para pemangku kepentingan pariwisata,” tambahnya.

Asep menilai, keberhasilan branding pariwisata tidak hanya diukur dari jumlah kunjungan, tetapi juga dari trust publik terhadap tata kelola kota. Bandung harus memastikan kenyamanan wisatawan berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal.

Bandung Menuju Kota Wisata yang Unggul, Amanah, dan Berdaya Saing

Kepala Bidang Pemasaran Disbudpar, Sekar Pujawidayanti, menjelaskan bahwa kegiatan sosialisasi ini merupakan bagian dari implementasi Rencana Pembangunan Daerah (RPD) Kota Bandung 2024–2026. Kajian ini tidak hanya mengukur persepsi wisatawan, tetapi juga memetakan potensi wisata di tiap kecamatan agar pengembangannya lebih merata dan sesuai karakter wilayah.

Sekar menyebut, sosialisasi ini memiliki lima manfaat strategis: memperkuat kebijakan berbasis data, meningkatkan pemahaman terhadap potensi wisata, mendorong partisipasi masyarakat, membangun kepercayaan publik, dan menjadi sarana promosi berkelanjutan bagi pariwisata Bandung.

Baca juga:  SPMB Jalur Prestasi Dimulai, Warga Harap Sistem Seleksi Kian Adil dan Inklusif

Dalam praktiknya, pengembangan destinasi tematik di tiap kecamatan akan diarahkan untuk menonjolkan keunikan lokal, memecah konsentrasi wisata di pusat kota, dan mendorong pemerataan ekonomi.

“Dengan promosi digital terpadu dan penguatan destinasi lokal, Bandung akan semakin memikat wisatawan serta mampu mempertahankan citra positifnya di tingkat nasional maupun internasional,” tutur Adi Junjunan.

Kolaborasi, riset, dan sinergi lintas sektor kini menjadi fondasi utama dalam membangun citra Bandung sebagai kota wisata unggulan dunia. Tidak cukup sekadar menonjolkan keindahan, Bandung dituntut menghadirkan ekosistem wisata yang beradab, kreatif, aman, dan ramah publik.

Dengan dukungan data, digitalisasi promosi, dan kemitraan strategis antara pemerintah, DPRD, pelaku usaha, akademisi, serta komunitas, Bandung kian meneguhkan langkahnya menuju kota wisata yang unggul, terbuka, amanah, maju, dan agamis—sekaligus menjadi simbol kreativitas dan kebanggaan nasional.