Porosmedia.com — Setiap tanggal 3 Mei, dunia memperingati Hari Kebebasan Pers Sedunia sebagai momentum untuk menegaskan kembali pentingnya kebebasan pers dan peran vital jurnalisme dalam menjaga demokrasi.
Tahun 2025 ini, peringatan tersebut mengangkat tema “Melaporkan di Dunia Baru yang Berani: Dampak Kecerdasan Buatan terhadap Kebebasan Pers dan Media,” yang menyoroti bagaimana teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), memengaruhi lanskap media global.
AI dan Tantangan Baru bagi Jurnalisme
Kecerdasan buatan telah membawa perubahan signifikan dalam dunia jurnalisme. Di satu sisi, AI menawarkan alat yang dapat meningkatkan efisiensi dalam pelaporan, seperti analisis data yang cepat dan kemampuan penerjemahan otomatis. Namun, di sisi lain, AI juga menimbulkan tantangan serius, termasuk penyebaran misinformasi melalui deepfake, bias dalam moderasi konten, dan ancaman terhadap privasi jurnalis melalui teknologi pengawasan. UNESCO menekankan perlunya pendekatan etis dalam penerapan AI di media untuk memastikan bahwa teknologi ini mendukung, bukan menghambat, kebebasan pers.
Kondisi Global Kebebasan Pers
Laporan terbaru dari Reporters Without Borders menunjukkan penurunan signifikan dalam indeks kebebasan pers di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, yang kini dikategorikan sebagai “bermasalah.” Penurunan ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk tekanan politik, ekonomi, dan meningkatnya kekerasan terhadap jurnalis.
Di wilayah konflik seperti Gaza, situasi menjadi semakin memprihatinkan. Sejak 2023, lebih dari 170 jurnalis telah kehilangan nyawa saat meliput konflik di sana, menjadikannya salah satu zona paling mematikan bagi pekerja media. Pembatasan akses bagi jurnalis internasional dan ancaman terhadap jurnalis lokal menyoroti risiko besar yang dihadapi oleh mereka yang berupaya menyampaikan kebenaran dari garis depan.
Peringatan di Indonesia: Menyuarakan Keberlanjutan Media
Di Indonesia, peringatan Hari Kebebasan Pers Sedunia 2025 difokuskan pada tema “Keberlanjutan Media: Memperkuat Demokrasi dan Kepercayaan Publik.” Acara yang diselenggarakan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, oleh Indonesian Institute of Journalism dan Komite Tanggungjawab Platform Digital, bertujuan untuk membahas tantangan yang dihadapi media dalam era digital, termasuk model bisnis yang berkelanjutan dan peran pemerintah serta sektor swasta dalam mendukung media independen.
Menghormati Jurnalis yang Gugur
Hari Kebebasan Pers Sedunia juga menjadi momen untuk mengenang jurnalis yang telah kehilangan nyawa dalam menjalankan tugasnya. Penghargaan UNESCO/Guillermo Cano World Press Freedom Prize diberikan kepada individu atau organisasi yang telah memberikan kontribusi luar biasa dalam membela kebebasan pers, seringkali dengan risiko besar terhadap keselamatan mereka sendiri.
Di tengah kemajuan teknologi dan tantangan global, kebebasan pers tetap menjadi pilar utama dalam menjaga demokrasi dan hak asasi manusia. Peringatan Hari Kebebasan Pers Sedunia 2025 mengingatkan kita akan pentingnya mendukung jurnalis dan media independen dalam menyampaikan informasi yang akurat dan terpercaya. Hanya dengan komitmen bersama dari pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, kita dapat memastikan bahwa kebebasan pers tetap terjaga di era digital ini.
Referensi:
1. UNESCO. “World Press Freedom Day 2025 Signature Event: Reporting in the Brave New World – The Impact of Artificial Intelligence on Press Freedom and the Media.” 7 Mei 2025.
2. Axios. “U.S. press freedom falls to historical low.” 2 Mei 2025.
3. The Guardian. “How Gaza is becoming the deadliest conflict zone for journalists.” 28 Maret 2025.
4. PressFreedom.id. “Press Freedom Day 2025 – Media Sustainability: Strengthening Democracy & Public Trust.” 3-4 Mei 2025.
5. United Nations. “World Press Freedom Day – EN.” 3 Mei 2025.