Hancurnya Fitrah Ibu di Sistem Kapitalisme

Hancurnya Fitrah Ibu di Sistem Kapitalisme
Kanti Utami pelaku yang menggorok ketiga anaknya

Porosmedia.com, Opini – Peristiwa “ibu bunuh anak” kembali terulang baru-baru ini. Melansir CNNIndonesia.com, Rabu, 23/03/2022, Ibu yang bernama Kanti Utami (35 tahun) mencoba melakukan pembunuhan dengan cara menggorok leher 3 orang anak. Satu dari tiga anak meninggal akibat luka sayat di bagian leher kiri, sedangkan dua anak lainnya masih menjalani perawatan di rumah sakit karena luka di leher, rahang hingga dada.

Menurut keterangan dari polisi, Kanti Utami mengaku ingin menyelamatkan anak-anaknya agar tidak hidup susah, agar tidak perlu merasakan sedih. Jadi harus mati biar tidak sedih seperti dia. Sekalipun caranya salah, dia meyakini kematian anak-anaknya adalah jalan terbaik. Kanti juga mengaku bahwa selama ini kurang kasih sayang dari sang suami. Ekonominya pas-pasan, sedangkan suami sering menganggur.

Tanggapan Psikolog

Kasus Kanti menuai beragam respon publik, termasuk tuduhan bahwa Kanti begitu tega membunuh darah dagingnya. Namun, psikolog Nisfie M. Hoesein mengajak untuk melihat kasus ini dengan lebih komprehensif, tidak hanya dari satu sisi saja. Menurut Nisfie, peristiwa pembunuhan anak oleh orang tua sebenarnya bukan peristiwa langka. Sebab, sudah ada beberapa kasus serupa yang mungkin dulu tidak banyak terekspos.

Nisfie menyatakan bahwa motif pembunuhan anak oleh orang tua secara garis besar ada lima. Pertama, adanya unsur ketidaksengajaan melukai anak yang berakibat fatal. Kedua, adanya gangguan kejiwaan pada orang tua. Ketiga, orang tua menjadikan anak sebagai pelampiasan dendam terhadap orang lain. Keempat, adanya unsur kesengajaan akibat faktor tertentu, misalnya tak sanggup mengurus anak, takut anak sakit, dan lain sebagainya. Terakhir, adanya trauma masa kecil pada orang tua.

Baca juga:  Mendorong Kreativitas dan Pemasaran, Gedung Baru untuk UMKM di Sumedang

Lebih lanjut, Nisfie memaparkan bahwa orang tua yang bisa sampai pada keputusan membunuh anak berarti telah terpengaruh oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah situasi dan kondisi yang telah mendesak si orang tua, pengalaman masa lalu, tidak adanya support system, kesalahan pola asuh semasa kecil, dan gangguan jiwa.

Dampak Buruk Kapitalisme Terhadap Mental Ibu

Kondisi masyarakat saat ini adalah bukti nyata dari penerapan sistem kapitalisme sekuler. Sistem ini pada dasarnya adalah produk buatan manusia yang berasal dari barat. Ketika sistem ini diterapkan, terbukti bahwa hasilnya adalah keburukan dan kerusakan umat yang nyata. Penyebab utamanya adalah karena kapitalisme sekuler meyakini bahwa kehidupan harus terpisah dari agama. Sistem ini meyakini agama hanya sebagai ibadah ritual saja yang perlu dilakukan di tempat keagamaan, namun tidak diterapkan dalam kehidupan.

Kapitalisme sekuler beranggapan bahwa cara meraih kebahagiaan adalah dengan memperoleh materi sebanyak mungkin, sekalipun caranya harus dengan menindas orang lain. Dengan demikian, ketika mengalami masalah, manusia yang hidup dengan paham ini tidak akan menjadikan agama sebagai solusi penyelesaian masalah. Misalnya ketika terhimpit oleh masalah ekonomi, bukannya bertawakal dan sabar serta ikhlas dalam menerima qadha, malah berharap ingin mati dan bunuh diri sebagai cara penyelesaian instan. Ibu muda Kanti Utami pun demikian.

Sistem kapitalis sekuler ini pun membuat pemerintah bertekuk lutut di hadapan korporasi. Alih-alih mengayomi dan melindungi masyarakat, pemerintah sama sekali tidak berkutik terhadap para pemilik modal yang menguasai harta kekayaan rakyat maupun memonopoli kebutuhan pokok. Seperti kasus minyak goreng saat ini.

Baca juga:  Permainan Cek Kodam di tik tok mulai menuai banyak kecaman

Sehingga meski negeri ini masyhur dengan sebutan “kolam susu” yang subur dan hijau, serta penuh dengan berbagai sumber daya alam, tetap saja banyak kepala keluarga yang tidak memiliki pekerjaan. Meski banyakk sekali perusahaan penghasil bahan makanan di negeri ini, tetap saja banyak kepala keluarga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Apalagi keluarga miskin yang tak punya kepala keluarga, hidupnya lebih menderita lagi. Banyak pula kepala keluarga yang tetap tak memiliki kemampuan untuk mencari nafkah padahal di negeri ini banyak sekali pelatihan-pelatihan yang tersedia.

Maka secara sistemik, faktor utama yang menjadi pemicu utama bagi masalah psikologis (kejiwaan) para ibu adalah sistem kapitalisme sekuler itu sendiri. Jika ingin kasus seperti Kanti Utami tidak terulang, solusinya tidak cukup hanya dengan melakukan perbaikan kejiwaan si pelaku saja. Akan tetapi juga menghilangkan penyebab masalah secara total dan mencari sistem lain yang mampu menjamin kesejahteraan masyarakat.

Islam Menjamin Kesehatan Jiwa Para Ibu

Satu-satunya sistem yang mampu menjamin kesejahteraan masyarakat hanyalah Islam. Sistem ini melaksanakan hukum-hukum syariat Islam secara praktis sehingga seluruh rakyat bisa merasakan kesejahteraan, keberkahan dan kebaikan yang telah dijamin oleh sistem ini.

Kasus seperti Ibu Kanti Utami tidak akan ada di dalam sistem Islam, sebab sistem ekonomi Islam telah mampu menyejahterakan setiap individu, termasuk anak yatim sekalipun. Sistem Islam menjamin adanya lapangan pekerjaan yang begitu luas. Ada pula penyediaan balai-balai pelatihan kerja agar para lelaki pencari nafkah mampu bekerja sesuai dengan keahlian dan bidang yang mereka sukai. Maka takkan ada laki-laki pengangguran dalam sistem mulia ini.

Baca juga:  Spesifikasi dan Harga HP Xiaomi 11T Terbaru 2022

Ini adalah bentuk jaminan kesejahteraan secara tidak langsung dari sistem Islam, agar seluruh kepala keluarga bisa memenuhi kebutuhan pokok keluarganya terutama sandang, pangan dan papan dengan layak. Sementara untuk jaminan kesejahteraan secara langsungnya adalah pengurusan kebutuhan publik (pendidikan, kesehatan dan keamanan) secara langsung oleh Sistem Islam. Seluruh kebutuhan publik itu akan disediakan secara gratis dan berkualitas bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali. Sehingga siapa pun bisa mendapatkan jaminan kesehatan, pendidikan dan keamanan yang sama, tanpa adanya kelas-kelas sosial di dalamnya.

Sistem pendidikan Islam akan menyiapkan para generasi muda untuk menjadi orang tua yang berilmu dan bertakwa. Calon ayah akan siap dengan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. Seorang calon ibu pun akan siap dengan tugasnya sebagai ummu warabatul bait. Bahkan khusus untuk para muslimah, akan ada kelas-kelas kurikulum kerumahtanggaan yang memang disediakan untuk mendidik muslimah menjadi calon ibu.

Sehingga tidak aneh jika dalam peradaban Islam akan lahir sosok Ibu luar biasa seperti Nusaibah binti Kaab, atau ibunda Salahhuddin al Ayyubi, atau ibunda Imam Asy-Syafi’i yang kisahnya tersohor hingga mampu menjadi contoh bagi seluruh wanita di dunia. Pastinya sosok ibu seperti ini hanya akan lahir dalam peradaban Islam, bukan kapitalisme sekuler yang tidak mampu memberikan kesejahteraan kepada masyarakat. Wallahu’alam bisshawwab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *