Porosmedia.com, Bandung – Pemangkasan drastis anggaran untuk media di Jawa Barat menuai respons keras dari berbagai kalangan. Salah satunya datang dari anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, H. Daddy Rohanady yang juga mewakili daerah pemilihan Cirebon dan Indramayu. Dalam wawancara khusus bersama Radio Cahayu 96,9 FM, Dadi menyoroti dampak serius dari kebijakan pengurangan anggaran media yang turun dari Rp50 miliar menjadi hanya Rp3 miliar.
“Media adalah pilar keempat demokrasi. Jangan pernah naif terhadap perannya. Kalau media lumpuh, publik akan buta terhadap realitas kebijakan,” tegas Dadi, Jumat (23/5/2025).
Dadi yang mengaku pernah berprofesi sebagai wartawan di Jakarta menyampaikan bahwa media bukan sekadar penyalur informasi, tapi juga mitra strategis pembangunan. Peran media menjadi vital dalam menyampaikan dinamika kebijakan, perubahan regulasi, hingga kontrol sosial terhadap kekuasaan.
Menurut Dadi, dampak dari pemangkasan anggaran ini tidak main-main. Ia menyebut bahwa gelombang pengurangan karyawan media sudah mulai terasa di beberapa daerah. Tanpa sokongan anggaran yang memadai, media lokal sulit bertahan, apalagi bersaing di tengah derasnya arus informasi digital.
“Saya menyaksikan sendiri bagaimana sebuah media bisa kehilangan hingga Rp 6 miliar dalam satu tahun hanya karena pembatasan iklan dan penurunan kerja sama,” ujar Dadi. “Itu yang membuat banyak redaksi terpaksa merumahkan karyawan, dan itu menyedihkan.”
Dadi mengingatkan bahwa ketika media runtuh, bukan hanya pekerja pers yang kehilangan pekerjaan, tapi masyarakat pun kehilangan hak atas informasi. Situasi ini, kata dia, justru akan memperluas angka pengangguran terbuka yang kini menjadi beban sosial tambahan di Jawa Barat.
Di tengah keprihatinan tersebut, Dadi tetap menyemangati para jurnalis untuk tidak menyerah. Ia mengakui bahwa transisi profesi tidaklah mudah, namun ia percaya setiap krisis selalu menyimpan potensi kebangkitan.
“Saya diajari orang tua, di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Tinggal apakah kita mau bertahan atau bertransformasi. Tapi tidak semua orang mudah berganti profesi,” katanya.
Dalam wawancara, Dadi juga menyampaikan harapan agar fenomena ini tidak melanda media-media lokal seperti Radio Cahayu. “Saya ingin Cahayu tetap bersinar. Jangan sampai padam. Karena di sinilah masyarakat mendapatkan suara mereka.”
Sebagai wakil rakyat dari daerah pemilihan Cirebon dan Indramayu yang mencakup 76 kecamatan dan 763 desa/kelurahan, Dadi menegaskan pentingnya media lokal sebagai garda depan demokrasi. Ia menyebut, tanpa media yang kuat, masyarakat akan “tergagap-gagap” dalam memahami perubahan kebijakan yang cepat dan kompleks.
“Saya ingin media tetap hidup, tetap menjadi pengawal informasi. Jangan sampai rakyat kita sok mental karena informasi diputus dari akarnya,” tandasnya.