Genosida dalam Bayang-Bayang Korporasi Global: Membongkar 60+ Perusahaan yang Diduga Terlibat di Gaza

Avatar photo

Porosmedia.com – Di tengah reruntuhan Gaza yang porak-poranda oleh bom dan mesin militer, dunia kembali disodori kenyataan pahit tentang siapa saja yang berada di balik keberlanjutan perang dan penderitaan. Bukan hanya negara, bukan hanya militer. Tapi juga korporasi.

Sebuah laporan berjudul “From Economy of Occupation to Economy of Genocide” yang dirilis oleh Pelapor Khusus PBB untuk Palestina, Francesca Albanese, membongkar wajah kelam keterlibatan bisnis dalam tragedi kemanusiaan yang tengah berlangsung. Laporan itu menyebutkan lebih dari 60 perusahaan global—dari raksasa teknologi, industri alat berat, keuangan hingga sektor pendidikan—yang diduga mengambil keuntungan langsung maupun tidak langsung dari operasi militer Israel di Gaza.

Kata “genosida” bukan digunakan secara sembarangan. Laporan setebal 27 halaman ini didasarkan pada data lapangan, catatan transaksi, serta pola relasi bisnis yang menopang infrastruktur militer Israel. Artinya, darah anak-anak Gaza tak hanya mengalir di tangan militer, tetapi juga di neraca laba rugi perusahaan-perusahaan raksasa dunia.

Perusahaan-perusahaan seperti Lockheed Martin, Caterpillar, dan Elbit Systems secara langsung disebut sebagai kontributor utama mesin perang Israel. Lockheed Martin adalah penyedia pesawat F-35 yang menghujani Gaza. Caterpillar memproduksi buldoser D9 yang meratakan rumah-rumah sipil. Elbit Systems menyuplai drone dan sistem pengawasan canggih untuk operasi penargetan.

Baca juga:  Prabowo: Indonesia Siap Buka Hubungan Diplomatik dengan Israel, Tapi Ada Syarat Tegas

Tidak berhenti di ranah militer. Amazon Web Services dan Palantir Technologies disebut menyediakan layanan cloud dan kecerdasan buatan (AI) untuk proyek Nimbus—sebuah kemitraan strategis teknologi antara Israel dan perusahaan-perusahaan AS. Proyek ini dituding menjadi otak digital di balik pengawasan massal dan serangan presisi di wilayah pendudukan.

Ironisnya, nama-nama besar seperti Google, Microsoft, IBM, Booking.com, hingga MIT juga muncul dalam daftar. Dunia akademik dan wisata, yang seharusnya menjadi ruang-ruang etika dan empati, ternyata ikut menyokong ekosistem kolonialisme modern.

Laporan PBB ini bukan sekadar tuduhan. Ini adalah upaya sistematis untuk mendokumentasikan bagaimana ekonomi global telah menjadi mesin pendukung genosida. Korporasi tidak hanya menyediakan teknologi dan logistik, tapi juga berinvestasi, memberi asuransi, hingga membiayai permukiman ilegal.

Beberapa lembaga keuangan besar seperti BlackRock, Vanguard, AXA, dan Barclays disebut aktif dalam pembiayaan proyek-proyek permukiman dan militer Israel. Dana pensiun Norwegia dan Kanada pun disebut dalam dokumen ini, menandakan bahwa skala keterlibatan sudah lintas benua.

PBB Serukan Sanksi, Israel Menolak

Baca juga:  PH. PPP DPC Cimahi Hidayat : "Curat-Coret Lambang Partai Dalam Spanduk Harus Di Proses Secara Hukum

Dalam laporan tersebut, PBB secara eksplisit menyerukan kepada negara-negara anggota untuk:

Menghentikan seluruh ekspor senjata ke Israel,

Menjatuhkan sanksi ekonomi kepada perusahaan-perusahaan terkait,

Menyita keuntungan yang dihasilkan dari keterlibatan dalam konflik,

Dan membawa para eksekutif perusahaan ke pengadilan internasional.

Israel menolak mentah-mentah laporan ini. Mereka menyebutnya “bermotif politik dan bias”, serta memilih tidak menghadiri sidang Dewan HAM PBB yang membahas laporan tersebut. Penolakan ini menegaskan adanya ketidakmauan struktural untuk membuka ruang akuntabilitas.

Pertanyaan bagi kita di Indonesia dan dunia adalah: akankah kita tetap menjadi konsumen pasif dari korporasi-korporasi ini? Akankah pemerintah dan masyarakat sipil diam melihat kejahatan kemanusiaan yang berlangsung dengan didukung oleh kekuatan modal internasional?

Boikot, kampanye publik, audit investasi, dan tekanan diplomatik adalah instrumen sah yang harus segera diaktifkan. Tidak ada netralitas dalam genosida. Diam berarti ikut menjadi bagian dari rantai pasokan kekerasan.

Porosmedia.com berdiri bersama kebenaran dan kemanusiaan. Saat sistem global melanggengkan penindasan lewat kapital, saatnya suara-suara dari selatan dunia bersatu: melawan, mencatat, dan membongkar.

“If you are neutral in situations of injustice, you have chosen the side of the oppressor.”
— Desmond Tutu

Jika kamu bersikap netral dalam situasi ketidakadilan, maka kamu telah memilih berpihak kepada penindas.”
— Desmond Tutu