Porosmedia.com – Elpamas adalah salah satu band rock legendaris asal Pandaan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Berdiri sejak 1983, Elpamas dikenal unik karena kerap berganti vokalis, bahkan hampir di setiap album. Tak kurang dari sembilan vokalis pernah memperkuat band ini, menjadikannya salah satu band dengan pergantian personel terbanyak dalam sejarah musik rock Indonesia.
Nama “Elpamas” sendiri merupakan akronim dari Elektronik Payung Mas, sebuah toko elektronik milik Anthony De Pamas alias Khoh An. Toko tersebut diketahui rutin menyuplai perlengkapan musik untuk para personel Elpamas di masa awal berdiri. Namun, seiring waktu, nama itu kemudian dipelesetkan oleh masyarakat menjadi “Elek-elek Pandaan Mas” dalam bahasa Jawa, yang berarti “Jelek-jelek Pandaan, Mas”.
Gitaris Elpamas, Totok Tewel, mengakui bahwa dirinya baru bergabung pada tahun 1985, dua tahun setelah band tersebut berdiri. “Saya kurang tahu persis sejarah pembentukan Elpamas. Saat saya masuk, personelnya sudah sering berganti,” ujar Totok saat dihubungi detikcom, Jumat (29/12/2023).
Ia menyebutkan sederet nama yang pernah menjadi bagian dari Elpamas, seperti Dollah Gowi, Giponk (Mashur), Andy Liany, Ecky Lamoh, Andi Susanto, Hardo Toxi, Ricky, Decky Sompotan, Didiek Sucahyo, Edi Daromi, Baruna, Doddy Katamsi, dan Amir Roez. Dari daftar tersebut, sembilan di antaranya merupakan vokalis yang silih berganti mengisi lini depan Elpamas.
Saat ini, formasi Elpamas masih diperkuat oleh Totok Tewel dan Rush Tato sebagai personel lama, serta Ardi sebagai personel baru.
Selama kiprahnya, Elpamas telah merilis enam album studio: Dinding-Dinding Kota, Tato, Bos Kami Makan Apa?, Negeriku, Dongeng, dan 60 KM/Jam, serta satu album kompilasi The Best of Elpamas. Dari sekian banyak karya, album kedua berjudul Tato menjadi yang paling dikenal dan dicintai publik. Lagu andalan berjudul sama dari album itu menjadi salah satu karya paling ikonik dari Elpamas.
Produser musik rock kawakan Indonesia, Log Zhelebour, mengenang Elpamas sebagai band yang sangat aktif di ajang festival rock pada era 1980-an. “Mereka salah satu peserta paling rutin di Festival Rock Se-Indonesia sejak 1984 sampai 1986. Juga dikenal sebagai band dengan jumlah pergantian vokalis terbanyak,” kenang Log.
Elpamas terakhir merilis album bertajuk 60 KM/Jam pada tahun 2003. Meski kini jarang terdengar di industri musik arus utama, hubungan baik antara Log dan Elpamas masih terjaga. Ia menyebut dua lagu favoritnya dari Elpamas: Pak Tua dan Untukmu Generasiku.
Dengan perjalanan panjang dan dinamika internal yang penuh warna, Elpamas tetap menjadi bagian penting dari sejarah musik rock Indonesia—khususnya sebagai band daerah yang mampu bersinar di panggung nasional.