Porosmedia.com, Jakarta – Ketua Dewan Pembina Perkumpulan Bumi Alumni (PBA) Universitas Padjadjaran, Bambang Soesatyo (Bamsoet), menyatakan dukungan penuh terhadap rencana penyelenggaraan Eksibisi dan Turnamen Golf UMKM Bumi Alumni V yang dijadwalkan berlangsung pada 5 Juli 2025. Mengusung tema “One Swing, One Dream: MSME Goes Global”, kegiatan ini tidak sekadar menjadi ajang olahraga, melainkan dimaksudkan sebagai strategi untuk memperkuat ekosistem kolaborasi antara pelaku UMKM dengan pemangku kepentingan dari sektor publik dan swasta.
“UMKM adalah sektor yang tak bisa terus dibiarkan bekerja dalam keterbatasan. Mereka menyumbang 61 persen terhadap PDB nasional dan menyerap 97 persen tenaga kerja. Tapi dukungan terhadap mereka masih kerap bersifat simbolik,” ujar Bamsoet usai menerima Ketua Umum PBA UNPAD, Ary Zulfikar, di Jakarta, Selasa (17/6/2025).
Sebagai Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan juga Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia, Bamsoet menekankan perlunya aksi nyata dan sinergi lintas sektor dalam mendorong UMKM menembus pasar global. Ia menyebut eksibisi dan turnamen golf ini sebagai momentum untuk membangun jejaring yang kuat, mempertemukan para pelaku usaha mikro dengan investor, pengambil kebijakan, dan komunitas bisnis nasional.
“Turnamen golf ini bukan ajang elit semata. Justru di sinilah nilai strategisnya: mempertemukan para pengambil keputusan dengan pelaku usaha di ruang yang memungkinkan lahirnya kolaborasi konkret,” jelasnya.
Bamsoet menarik benang merah antara karakter olahraga golf dan perjuangan UMKM. Menurutnya, golf yang menuntut akurasi, strategi, dan kesabaran mencerminkan jalan panjang yang harus ditempuh pelaku usaha kecil di tengah tantangan digitalisasi, akses pembiayaan yang terbatas, dan persaingan global yang semakin ketat.
“UMKM itu tidak butuh seremonial, mereka butuh jalan, akses, kemitraan. Turnamen ini bisa menjadi wahana yang mempertemukan ide-ide segar, semangat kewirausahaan, dan jaringan yang konkret,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan bahwa UMKM kerap menjadi pionir inovasi di tengah keterbatasan. Mereka cepat beradaptasi terhadap kebutuhan pasar, bahkan sering kali lebih fleksibel dibanding korporasi besar. Namun, keterbatasan modal, digitalisasi, dan logistik menjadi batu sandungan klasik yang masih belum terselesaikan secara sistemik.
Meski Bamsoet menyatakan optimismenya, publik tetap layak mengajukan pertanyaan kritis: sejauh mana kegiatan ini akan berdampak nyata bagi pelaku UMKM, bukan hanya menjadi ajang prestise atau diplomasi bisnis kalangan elite? Untuk itu, transparansi dalam pelibatan UMKM, tindak lanjut dari hasil eksibisi, serta kemudahan akses terhadap pendampingan usaha dan pembiayaan harus menjadi bagian dari komitmen bersama.
“Sudah waktunya kegiatan seperti ini menghasilkan kesepakatan konkret. Bukan hanya foto bersama di lapangan golf, tetapi kontrak dagang, kemitraan bisnis, dan peluang ekspor bagi produk UMKM Indonesia,” tegas Bamsoet.
Jika dirancang dan dieksekusi secara tepat, Eksibisi dan Turnamen Golf UMKM Bumi Alumni V bisa menjadi salah satu terobosan dalam diplomasi ekonomi berbasis komunitas alumni, sekaligus membuka jalan baru bagi UMKM Indonesia untuk menembus pasar global bukan dengan belas kasihan, tapi dengan kapasitas dan kemandirian. (**)