DKPP Kota Bandung Terjunkan 90 Pemeriksa Hewan Kurban, Gandeng Kampus dan T

Avatar photo

Porosmedia.com, Bandung – Menjelang Hari Raya Iduladha 1446 H, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung menyiapkan langkah strategis untuk menjamin kesehatan hewan kurban. Sebanyak 90 lebih petugas—terdiri dari dokter hewan, relawan, hingga mahasiswa kedokteran hewan—akan diterjunkan mulai 15 Mei 2025 ke seluruh wilayah Kota Bandung.

Langkah ini diambil sebagai respons terhadap meningkatnya potensi penyebaran zoonosis—penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia—yang kerap mencuat jelang hari raya kurban. Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan DKPP Kota Bandung, Wilsandi Saefuloh, menegaskan bahwa pengawasan dilakukan secara menyeluruh, baik ante mortem (sebelum penyembelihan) maupun post mortem (setelah penyembelihan).

“Pemeriksaan bukan hanya seremonial. Kami pastikan seluruh hewan yang dipotong benar-benar sehat, bebas dari penyakit berbahaya seperti antraks, brucellosis, atau cacing hati,” ujarnya kepada pers, Minggu (11/5).

Kolaborasi Lintas Institusi dan Inovasi Teknologi

Pemeriksaan tahun ini tidak hanya melibatkan unsur internal DKPP, tetapi juga didukung oleh Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Jawa Barat 1, mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan Universitas Padjadjaran, serta kolaborasi teknologi dari Telkom University.

Baca juga:  Studi: Akibat Covid-19 Menyebabkan Bagian Otak Bisa Menyusut!

Inovasi terbaru yang diperkenalkan adalah aplikasi “S-Selamat”, sebuah sistem pelabelan cerdas berbasis QR code. Hewan yang lolos pemeriksaan akan diberi label barcode, yang jika dipindai oleh masyarakat, langsung menampilkan riwayat pemeriksaan dan status kesehatan hewan.

“Langkah ini bagian dari upaya meningkatkan transparansi. Masyarakat kini bisa memastikan hewan yang dibelinya aman secara digital. Ini terobosan penting dalam era keterbukaan informasi dan teknologi,” ungkap Wilsandi.

Penerapan sistem ini mengacu pada praktik traceability (pelacakan asal-usul) yang telah menjadi standar global dalam keamanan pangan dan peternakan, seperti yang direkomendasikan oleh World Organisation for Animal Health (WOAH) dan FAO.

Pemeriksaan di 30 Kecamatan dan RPH Gratis

Tim pemeriksa akan disebar ke 30 kecamatan di Kota Bandung, menyasar titik-titik penjualan hewan kurban, termasuk pasar tradisional dan penjual musiman. Pemeriksaan meliputi suhu tubuh, kelincahan, kondisi mata, kulit, dan organ tubuh lainnya, serta mengidentifikasi tanda-tanda penyakit menular.

Sementara itu, Rumah Potong Hewan (RPH) milik Pemkot Bandung akan kembali membuka layanan pemotongan gratis. Namun, masyarakat diminta mendaftar lebih awal ke Unit Pelaksana Teknis (UPT) terkait guna menghindari antrean dan memastikan protokol kebersihan.

Baca juga:  Diskusi JMSI : Kiat 'singkat' Ilham Akbar Habibie untuk Perkuat Industri di Jabar

Harga Stabil, Pasokan Terjamin

Terkait harga, DKPP memperkirakan tidak akan terjadi lonjakan signifikan. Pasokan hewan kurban dinilai masih stabil meski sedikit terbatas akibat distribusi dari beberapa daerah produsen seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, dan Lampung.

“Stok aman, dan masyarakat tetap antusias berkurban. Kami pantau distribusi logistik hewan secara rutin agar tidak terjadi penumpukan atau kekurangan di wilayah tertentu,” tutup Wilsandi.

Pengawasan yang ketat dan kolaboratif ini diharapkan dapat menjadi model penanganan kurban yang higienis, beretika, dan berbasis teknologi—sebuah langkah penting menuju tata kelola pangan hewani yang lebih baik dan berkelanjutan.