Demo Mahasiswa Harus Jadi Revolusi Sistem, Bukan Reformasi Sistem

Seharusnya mahasiswa mulai mempelajari sejarah pendahulu mereka, yang sama-sama menuntut reformasi (perbaikan) sistem semata. Sejak dahulu reformasi sistem tidak menjadi jawaban atas problematika bangsa. Presiden mungkin berganti, pejabat mungkin bisa tersingkir, namun elit oligarki tidak.

Selama sistem kapitalisme masih bertahta, maka elit oligarki, para pemodal atau kaum kapitalis akan terus menyetir seluruh keputusan rezim, siapapun presidennya. Maka, tetap saja UU yang lahir kelak akan mengusung keuntungan kapitalisme dan bukan pro rakyat.

Perubahan Hakiki akan Terjadi dengan Revolusi, Bukan Reformasi

Sesungguhnya, reformasi melalui people power seperti demo mahasiswa ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Sejarah membuktikan bahwa people power pernah terjadi di Filipina, Cekoslovakia, Yugoslavia, bahkan di berbagai negara Arab.

Tuntutan people power secara umum kurang lebih sama. Mereka memprotes dan menuntut rezim yang bobrok agar turun dan berganti dengan rezim yang lebih baik. People power sendiri umumnya dipicu oleh kediktatoran dan kesewenang-wenangan penguasa, pemilu yang curang, banyaknya korupsi, serta krisis ekonomi dan kehidupan yang sulit.

Baca juga:  Apakah THR dan BLT Wujud Jaminan Kesejahteraan?

Pertanyaannya, apakah reformasi dengan people power berhasil mencapai tujuan mereka untuk menyejahterakan masyarakat? Ternyata tidak demikian. Menumbangkan rezim mungkin berhasil, tetapi menyejahterakan masyarakat belum tentu. Buktinya, masyarakat terus menginginkan pergantian rezim, baik di Indonesia maupun di negara lainnya. Tentu saja, sebab kesejahteraan dan kenyamanan masyarakat tidak terwujud. Rezim demokrasi sejatinya tak pernah mampu menyejahterakan rakyat.

Reformasi sistem tidak bisa menghasilkan perubahan hakiki, sebab ia tidak mengganti sistem, hanya mengganti rezim. Sejarah membuktikan, ketika people power mampu mengganti sistem, maka pada saat itulah perubahan hakiki terjadi. Inilah yang dikenal dengan revolusi sistem. Seperti yang terjadi pada Khilafah Utsmaniyah (1924) dan Uni Soviet (1991).

Revolusi Sistem Akibat Perubahan Ideologi Masyarakat

Khilafah Utsmaniyah mengalami keruntuhan di tahun 1924 akibat konspirasi negara-negara Eropa yang ingin menghancurkan kekhilafahan Islam. Khilafah Utsmaniyah dipaksa untuk memasukkan UU yang bukan hukum Islam ke dalam negara Khilafah.

Sekularisasi mulai terjadi pada masyarakat Islam, sehingga masyarakat mulai menerima ideologi baru yang menggantikan sistem Islam, yakni kapitalisme liberal. Akhirnya khilafah runtuh melalui kudeta militer Mustafa Kemal laknatullah.

Baca juga:  IPW: Usut Provokator dan Proses Hukum Kekerasan Di Sela Aksi Demo Mahasiswa

Sementara Uni Soviet runtuh dengan perubahan ideologi masyarakat. Kepala Negara Uni Soviet yang terakhir, Mikhail Sergeyevich Gorbachev mulai memberikan kebebasan berbicara dan melakukan langkah-langkah demokratisasi. Gorbachev juga menolak mengintervensi secara militer negara-negara blok timur yang meninggalkan pemerintahan komunisnya. Nasionalisme dan demokrasi mulai berkembang pada masyarakat Uni Soviet dan akhirnya Uni Soviet bubar pada tahun 1991.

Kedua negara adidaya ini runtuh akibat serangan ideologi kapitalis sekuler demokrasi. Namun terdapat perbedaan yang jelas antara keduanya. Uni Soviet tak bertahan lebih dari 1 abad lemahnya ideologi komunis yang meniadakan Tuhan, memaksa manusia untuk menghapus naluri tadayyun-nya. Sementara Khilafah Islamiyah runtuh akibat pengkhianatan dan konspirasi besar dari negeri penjajah, bukan akibat kelemahan ideologi Islam. Terbukti khilafah dengan ideologi Islamnya adalah negara yang amat kokoh, mampu bertahan selama kurang lebih 14 abad.

Kesimpulan

Mahasiswa perlu lebih mengenal perubahan yang hakiki demi menciptakan negara yang lebih baik. Untuk kesejahteraan rakyat dan kehidupan yang nyaman tentunya tidak cukup hanya dengan reformasi, namun membutuhkan revolusi sistem. Sehingga demo mahasiswa harus mampu memicu ke arah revolusi sistem yang hakiki. Sistem yang mampu menyejahterakan umat terbukti bertahan selama 14 abad, yakni sistem Islam.

Baca juga:  Gabungan Mahasiswa Jabar Kawal Tuntutan Hingga DPR RI

Selama belum mampu berevolusi ke sistem Islam, niscaya kesejahteraan masyarakat hanya ada dalam bayang-bayang (sebagian dikutip dari artikel muslimahnews.net, Rabu, 13/04/2022 oleh Endiyah Puji Tristanti). Wallahu’alam bisshawwab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *