Dari Chat Menuju Serangan Rudal: Benarkah WhatsApp Jadi Pintu Belakang Intelijen Israel?

Avatar photo

Porosmedia.com – Tuduhan serius kembali diarahkan pada aplikasi pesan instan global, WhatsApp. Televisi pemerintah Iran baru-baru ini mengimbau seluruh warga untuk menghapus aplikasi tersebut, dengan dalih bahwa WhatsApp digunakan untuk mengumpulkan data yang kemudian diserahkan kepada intelijen Israel. Pernyataan itu memantik perdebatan panas di kancah geopolitik digital.

Pihak WhatsApp sendiri dengan tegas membantah tudingan tersebut. Dalam keterangan resminya, WhatsApp menyatakan: “Kami tidak melacak lokasi pengguna, tidak menyimpan log pesan, dan tidak memantau isi pesan pribadi.” Namun, sejumlah laporan dan peristiwa di lapangan justru memberi ruang bagi berbagai kecurigaan.

Kecurigaan terhadap WhatsApp bukan tanpa konteks. Pada Juli 2024, pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, tewas dalam sebuah serangan udara yang presisi. Menurut berbagai laporan investigatif, intelijen Israel diduga menggunakan spyware berbasis komunikasi WhatsApp untuk melacak keberadaan Haniyeh, yang akhirnya menjadi sasaran rudal mematikan.

Kasus Haniyeh hanyalah satu dari rangkaian insiden yang diduga melibatkan pemanfaatan data digital dalam operasi militer. Informasi dari berbagai sumber menyebutkan bahwa militer Israel secara rutin memanfaatkan data komunikasi, termasuk yang berasal dari WhatsApp, untuk melacak keberadaan tokoh-tokoh kunci Hamas.

Baca juga:  Pandangan DR. Teguh Santosa: Perdamaian Semenanjung Korea tanggung jawab Masyarakat Internasional

Salah satu entitas yang paling vokal menyuarakan kekhawatiran ini adalah Sada Social, kelompok hak digital yang berbasis di Palestina. Mereka menyerukan investigasi internasional terkait kemungkinan keterlibatan WhatsApp dalam pengumpulan data yang kemudian digunakan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk menargetkan tersangka anggota Hamas.

Menurut Sada Social, Israel menggunakan sistem kecerdasan buatan bernama Lavender, yang diklaim memantau komunikasi warga Palestina melalui platform digital seperti WhatsApp. Sistem ini kemudian menghasilkan daftar target pembunuhan yang tidak sepenuhnya akurat.

Laporan investigatif menyebutkan bahwa sistem tersebut telah menandai sekitar 37.000 warga Palestina sebagai tersangka militan Hamas—angka yang sangat besar dan mencakup banyak warga sipil non-kombatan.

Sebagai induk dari WhatsApp, Meta tentu tidak luput dari sorotan. Terlebih, tudingan kolaborasi antara perusahaan teknologi besar dan lembaga intelijen bukanlah cerita baru.

Mantan perwira operasi CIA, Philip Giraldi, menuturkan bahwa Israel telah menginvestasikan sumber daya besar dalam sistem pelacakan elektronik seperti Lavender. Ia juga menyebut bahwa kolega-koleganya telah mengonfirmasi keampuhan teknik pelacakan tersebut.

Baca juga:  APAK JABAR Berunjuk Rasa di DPRD Jabar, Desak Pengesahan RUU Perampasan Aset

Giraldi menambahkan bahwa, meski peran pasti WhatsApp dalam pelacakan individu belum terungkap sepenuhnya, tidak tertutup kemungkinan adanya bentuk kerja sama atau eksploitasi celah sistem yang memungkinkan aktivitas pengintaian digital.

Iran tentu memiliki kepentingan strategis dalam mengangkat isu ini ke publik. Namun demikian, tidak sedikit pengamat yang menilai bahwa tudingan Iran bukan semata paranoia. Dalam dunia yang makin digital, pertempuran informasi telah menjadi medan baru konflik antarnegara.

Pernyataan tegas dari WhatsApp memang patut diapresiasi, namun transparansi dan audit independen akan jauh lebih meyakinkan bagi publik global. Apalagi dalam konteks Timur Tengah yang tengah bergolak, komunikasi digital bukan lagi sekadar alat tukar informasi, melainkan juga bisa menjadi instrumen pengintaian yang mematikan.

Isu keterlibatan WhatsApp dalam aktivitas intelijen Israel masih menjadi perdebatan terbuka. Namun peringatan Iran, laporan investigatif independen, serta sorotan para pakar intelijen membuka pertanyaan besar: sejauh mana sebenarnya platform komunikasi global ini aman dari tangan-tangan kekuasaan?

Apakah ini hanya sekadar kisah konspirasi, atau fakta yang memang sedang menunggu pembuktian lebih lanjut?

Baca juga:  Dukung Progam Pemerintah Makan Gizi Gratis, Satgas Yonif 762/VYS Bagikan Makan kepada Masyarakat Setempat

Porosmedia.com