Chengdu “Battle Proven”: Pergeseran Kiblat Teknologi Pertahanan Udara Dunia ke Tiongkok?

Avatar photo

Porosmedia.com — Pada Mei 2025, dunia menyaksikan babak baru dalam dinamika kekuatan udara global. Label “Battle Proven” yang kini melekat pada pesawat tempur buatan Chengdu Aircraft Industry Group (AVIC Chengdu) menandai tonggak penting dalam sejarah industri pertahanan Tiongkok. Hal ini diperkuat dengan lonjakan saham AVIC Chengdu sebesar 17,05%, sementara saham Dassault Aviation, produsen Rafale asal Prancis, mengalami penurunan 1,11%. Fenomena ini tidak lepas dari eskalasi konflik antara India dan Pakistan yang terjadi awal Mei lalu.

Operasi Sindoor dan Dampaknya terhadap Persepsi Global

Pada 7 Mei 2025, India meluncurkan Operasi Sindoor sebagai respons terhadap serangan teroris di Pahalgam yang menewaskan 26 warga sipil. Operasi ini menargetkan infrastruktur teroris di wilayah Pakistan dan Pakistan-Occupied Kashmir, menggunakan pesawat tempur Rafale dan rudal presisi tinggi seperti SCALP dan AASM Hammer.

Namun, dalam pertempuran udara yang terjadi, Pakistan mengklaim berhasil menembak jatuh beberapa pesawat tempur India, termasuk Rafale, MiG-29, dan Su-30MKI, menggunakan pesawat tempur J-10 buatan Chengdu. Jika klaim ini benar, ini akan menjadi pertama kalinya Rafale ditembak jatuh dalam pertempuran, memberikan validasi nyata terhadap kapabilitas J-10 di medan tempur.

Baca juga:  Spesifikasi dan Harga HP Oppo A54 Terbaru 2022

Implikasi terhadap Industri Pertahanan Global

Keberhasilan J-10 dalam pertempuran ini memberikan dampak signifikan terhadap persepsi global terhadap produk pertahanan Tiongkok. Lonjakan saham AVIC Chengdu mencerminkan kepercayaan investor terhadap potensi ekspor dan dominasi pasar global oleh produk-produk Tiongkok. Sebaliknya, penurunan saham Dassault Aviation menunjukkan kekhawatiran terhadap daya saing produk Barat di tengah meningkatnya kualitas dan efektivitas produk Tiongkok.

Selain itu, Pakistan berencana untuk mengakuisisi hingga 40 unit pesawat tempur generasi kelima J-35A dari Tiongkok, yang diperkirakan akan memberikan keunggulan teknologi udara selama 12 hingga 14 tahun ke depan dibandingkan India.

Tantangan bagi India dan Negara-Negara Barat

India menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan superioritas udaranya. Meskipun telah mengintegrasikan Rafale ke dalam armadanya, keterlambatan dalam pengembangan pesawat tempur generasi kelima seperti AMCA dapat membuat India tertinggal dalam perlombaan teknologi udara. Sementara itu, negara-negara Barat perlu mengevaluasi strategi mereka dalam menghadapi meningkatnya dominasi Tiongkok di pasar pertahanan global.

Label “Battle Proven” pada pesawat tempur Chengdu menandai pergeseran signifikan dalam kiblat teknologi pertahanan udara dunia. Keberhasilan Tiongkok dalam membuktikan efektivitas produknya di medan tempur nyata memberikan tantangan serius bagi dominasi Barat di industri pertahanan. Negara-negara seperti India dan mitra Baratnya perlu merespons dengan inovasi dan strategi baru untuk mempertahankan posisi mereka di panggung global.