Porosmedia.com, Bandung – Sudah lama tidak bertemu dengan Bapak Dwi Mukti Wibowo S.H, M.H yang dikenal sebagai praktisi perbankkan, yang kini memberanikan diri masuk sebagai daftar calon tetap dari partai Amanat Nasional atau PAN untuk mencalonkan di daerah pemilihan Jabar I dengan nomor 3 sebagai calon anggota legislatif periode 2024 – 2028.
malam Minggu, (19/08/2023), undangan lewat pesan singkat aplikasi medsos Whats up, diterima pengurus redaksi Porosmedia,com untuk datang ke Jalan Riung Mumpulung I, Riung Bandung, Kota Bandung yang tak lain adalah rumah pensiunan karyawan Bank Indonesia Bapak Dwi Mukti Wibowo. sesampai di rumahnya, yang awalanya janji siang atau petang. redaksi Porosmedia datang malam. keramahan Bapak Dwi, tetap membukakan pintu rumah dengan ramahnya.
saling menyapa kabar kesehatan karena lama tidak bertemu, mengalir pada obrolan santai tapi yang dibahas berbagai kejadian dan fenomena dimasa sibuknya kemarin. obrolan hangat seputar dukungan dari transgender yang selalu memberi semangat untuk tetap maju sebagai caleg, dunia UMKM dengan konsep cita citanya yang luhur dan nantinya akan dikolaborasikan dengan link bisnis atau perusahaan.
selain itu ada obrolan tentang masalah tanah dan maraknya mafia tanah dan dunia pendidikan yang harus dibangun rasa kreatifitas, inovatif dan inisiatif tinggi agar bisa mengikuti jalur kemandirian sesuai fenomena sekarang.
tentunya yang sedikit menarik adalah obrolan terkait siapa sih presiden pengganti jokowi kedepan…disinilah baru mulai Pak Dwi sedikit mengulas proyeksi, apresiasi dan persepsi politik zaman now di negeri besar yang kaya raya ini. begini tanggapan Pak Dwi tentang Presiden mendatang yang satu satu profilnya dinilai Pak Dwi ;
Siapapun Presidennya kelak, pilihan ada pada nurani masing-masing tanpa harus menjelekkan satu sama lain. Dan terkadang hujatan akan menjadi doa.
Untuk itu, Presiden RI kedepan tak lepas dari kehendak jaman dan kersaning illahi untuk membersihkan noda di hati para pemimpin terdahulu dan nurani pemimpin yang akan datang. Zaman memiliki kehendaknya sendiri. Alam membutuhkan keseimbangan. Karena siapapun figur pemimpin memiliki sisi baik dan buruk. Baik di awal dan buruk menjelang pergantian.
Wajar, karena semua hanyalah penilaian sementara. yang penting harus guyup dan sumringah. Apalagi menghadapi kondisi saat ini yang lagi serba susah.
Menurut Pak Dwi, Anis itu baik, dan jika ingin jadi presiden harus lebih banyak diam dan kemukakan misi orijinal sendiri. Jika bicara, malah kontraproduktif, dan komentarnya tidak membuat simpati atau empati – strateginya harus dirubah.harus memiliki branding intelektual.
Sebagai tokoh intelektual Anies harus mampu menjaga toleransi politik agar tidak menjadi antitesa incumbent. Ia harus mampu menjaga slip of tongue agar tidak melukai perasaan orang lain. Seorang well educated harus mampu menjaga hati dan membawa diri. Dan tetap selalu menjaga ilmu padi.
Ia harus berjuang depends on self capacity.
Prabowo Subianto kinerjanya sudah teruji. dan bangsa ini butuh pemimpin yang tegas dan berkelas. Kendalanya adalah Rekam Jejak yg masih membekas dan belum bisa dilupakan rakyat.
bagi Prabowo, pengalaman di Angkatan dan Kemenhan, menjadi selling point yang memang dibutuhkan agar Indonesia memiliki kedaulatan teritori yang tidak akan diremehkan negara lain. Prabowo juga perlu menambahkan dan mengedepan aspek humanisme daripada militerisme agar dapat meraih simpati dan hati masyarakat
untuk Ganjar Pranowo, sangat baik dan santun secara karakter. Juga humble yang memungkinkan investor dan oligarki masih bertahan dan diperlukan disaat ekonomi masih dalam fase pemulihan. Ia telah mengambil hati rakyat, namun belum bisa meyakinkan Ketua Partai Besar yang telah meninggalkannya.
karena itu, bagi semua calon presiden tidak hanya tergantung sebagai petugas atau konco partai. Ia harus merenda Reputasi yang dapat menghasilkan output berskala nasional dan internasional yang monumental bagi republik dan dapat dinikmati secara nyata oleh rakyat. Inilah tantangan sekaligus momentumnya untuk membuktikan ke masyarakat, setelah memenangkan hati rakyat.
ingat, dukungan partai jangan sampai membuat lupa diri. contoh, Secara figuritas nama Prabowo melambung sehingga menempatkan di posisi tertinggi di kursi Capres. Tapi disisi pencapaian elektabilitas suara, partai Prabowo harus legowo jika harus berbagi suara ke Partai-partai pengusungnya, pungkas Pak Dwi di obrolan malam di temapt tinggalnya. (jt)