Bandung Butuh Arah Wisata yang Jelas dan Terukur

Avatar photo

Oleh: R. Wempy Syamkarya
Pegamat Kebijakan Publik dan Politik

Porosmedia.com – Kota Bandung, yang dulu dikenal sebagai kota dengan pesona alam dan kekayaan budaya, kini semakin menonjol sebagai destinasi wisata kuliner dan belanja. Sayangnya, arah kebijakan pemerintah kota belum sepenuhnya menunjukkan konsistensi visi yang kokoh dalam mengelola potensi ini secara maksimal dan berkelanjutan.

Pertanyaannya kini: Bandung ingin dijadikan kota seperti apa?
Apakah hanya sekadar tempat berswafoto dan belanja musiman, atau ingin tampil sebagai kota wisata unggulan nasional dan global yang dapat mendorong peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara signifikan?

Pemerintah Kota Bandung, terutama Wali Kota dan Wakil Wali Kota periode 2025–2030, perlu memperjelas orientasi pembangunan kota, termasuk menetapkan identitas wisata secara tegas dan menyeluruh. Tanpa kejelasan arah, potensi besar Bandung hanya akan menjadi wacana tanpa hasil.

Berikut beberapa gagasan strategis yang dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan PAD sekaligus memperkuat citra Bandung sebagai destinasi wisata yang ikonik dan berdaya saing tinggi:

1. Penguatan Identitas Kuliner Lokal
Bandung harus tampil sebagai pusat kuliner khas Jawa Barat dengan meningkatkan kualitas, higienitas, dan variasi produk lokal. Promosi intensif melalui media sosial, festival kuliner, dan kolaborasi dengan kreator konten adalah keharusan.

Baca juga:  Dewan Pendidikan Garut Tekankan Pencegahan Korupsi Dana BOS Melalui Penyuluhan Hukum

2. Pusat Belanja Modern Berwawasan Lokal
Pengembangan pusat perbelanjaan harus mengutamakan pengalaman yang unik, terintegrasi dengan produk UMKM lokal, dan didukung fasilitas parkir serta transportasi publik yang memadai. Jangan hanya sekadar membangun mal baru tanpa konsep.

3. Infrastruktur dan Aksesibilitas
Akses ke destinasi wisata harus diperkuat, baik melalui transportasi umum yang efisien, trotoar yang ramah pejalan kaki, maupun fasilitas pendukung seperti pusat informasi wisata yang terpadu.

4. Promosi Berbasis Kolaborasi Digital
Kampanye pariwisata tidak bisa lagi konvensional. Pemerintah harus menggandeng komunitas kreatif, influencer, dan pelaku ekonomi digital untuk memperluas jangkauan promosi dengan narasi visual yang kuat dan menarik.

5. Ekonomi Kreatif sebagai Pilar Wisata
Bandung punya sumber daya kreatif yang besar. Perlu ekosistem nyata yang mendukung industri seni, musik, desain, dan teknologi agar menjadi daya tarik wisata alternatif yang memperkuat karakter kota.

6. Integrasi Wisata Belanja dan Kuliner
Kawasan wisata harus dirancang terpadu. Wisatawan tidak boleh merasa terpisah antara pusat belanja, kuliner, dan tempat rekreasi. Satu kawasan, banyak pengalaman.

Baca juga:  Pangdam XVIII/KASUARI Kunjungi Satgas Pamtas RI-PNG Kewilayahan Yonif 763/SBA Pos Fef di Kabupaten Tambrauw

7. Transformasi Digital Pariwisata
Aplikasi panduan wisata, fitur augmented reality dan virtual tour akan meningkatkan kualitas pengalaman wisatawan, terutama generasi muda yang akrab dengan teknologi.

Namun semua ide dan strategi di atas hanya akan menjadi daftar wacana jika tidak ditindaklanjuti dengan keseriusan politik dan birokrasi. Saya mendorong Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bandung untuk lebih tegas dan fokus menetapkan arah pembangunan sektor pariwisata secara kolaboratif dan visioner. Kadis-kadis terkait pun harus bergerak selaras, bukan jalan sendiri-sendiri. Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci suksesnya implementasi.

Saya berharap ide-ide ini tidak hanya dibaca sebagai opini pribadi, melainkan sebagai bahan evaluasi dan diskusi publik yang bernas demi terwujudnya Bandung Utama—kota wisata unggulan nasional dengan daya saing global pada periode 2025–2030.

Selamat bekerja para pemangku kebijakan. Kami para pengamat tetap mencatat.

Wassalam.

R. Wempy Syamkarya
Pengamat Kebijakan Publik dan Politik