Motivasi Bupati Syakur untuk Kafilah MTQH Garut: Menjaga Tradisi atau Ajang Simbolik?

Avatar photo

Porosmedia.com, Kab. Bandung – Dalam suasana penuh semangat menjelang Musabaqoh Tilawatil Qur’an dan Hadis (MTQH) XXXIX Tingkat Provinsi Jawa Barat, Bupati Garut Abdusy Syakur Amin memberikan arahan dan motivasi kepada kafilah Kabupaten Garut di Ballroom Hotel 88 Bandung, Kecamatan Babakan Ciparay, Minggu (15/6/2025).

Acara tersebut tampak menjadi ajang konsolidasi moral bagi 56 peserta yang telah lolos seleksi dari MTQH tingkat kabupaten yang sebelumnya digelar di Kecamatan Singajaya. Di hadapan para peserta, Bupati Syakur menekankan pentingnya menjaga kondisi fisik dan mental sebagai fondasi untuk meraih prestasi.

“Yang penting anda jaga kondisi kesehatan, jangan sampai ada hal-hal yang mengganggu sedikit pun terhadap nanti performa anda,” tegasnya.

Namun, di balik semangat dan motivasi itu, muncul pertanyaan yang tak kalah penting: sejauh mana perhatian pemerintah daerah terhadap pembinaan jangka panjang para kafilah, bukan hanya menjelang ajang provinsi?

Sejumlah pihak di kalangan pemerhati pendidikan Islam menyebut bahwa pembinaan peserta MTQH kerap bersifat instan, hanya berorientasi pada ajang seremonial, tanpa kesinambungan program pasca-lomba. Belum ada skema pembinaan lanjutan yang konkret, baik dalam bentuk beasiswa, pelatihan lanjutan, atau integrasi prestasi religius dengan peluang pendidikan tinggi berbasis pesantren atau universitas.

Baca juga:  Memupuk Jiwa Disiplin, Satgas Yonif 641/Bru Ajarkan PBB Kepada Para Murid SDN 1 Elelim

Di sisi lain, Ketua DPRD Garut, Aris Munandar, yang turut hadir, memberikan dukungan moral sambil menyoroti pentingnya kesiapan mental para peserta di tengah ketatnya kompetisi.

“Peserta yang sangat siap, saya percaya, saya bangga, terhadap putra terbaik Kabupaten Garut. Mungkin intinya bahwa mental harus disiapkan, ini tantangan berat bahwa ini persaingan tingkat global,” ucapnya.

Pernyataan Aris menimbulkan ironi tersendiri. Persaingan tingkat global memang menjadi wacana besar, namun realitasnya pembinaan MTQH masih terbatas dalam kerangka kompetisi regional dan nasional. Tidak ada langkah konkret yang menghubungkan prestasi religius dengan diplomasi kebudayaan ke tingkat internasional.

MTQH XXXIX Tingkat Provinsi Jawa Barat tahun ini dibuka secara resmi oleh Gubernur Dedi Mulyadi dengan tema “Cahaya Al-Qur’an, Spirit Lebih Bedas Menuju Jawa Barat Istimewa.” Tema besar ini seakan menggarisbawahi harapan bahwa nilai-nilai Al-Qur’an bukan hanya diperlombakan, tetapi juga diterapkan dalam tata kelola pemerintahan, pendidikan, dan akhlak publik — sebuah harapan yang masih sering jauh panggang dari api.

Baca juga:  "BONGKAR": Musik & Perubahan ala Iwan Fals dan Farid Hardja Guncang Bandung

Sebelum acara inti, para kafilah dari Garut mengikuti pawai ta’aruf bersama 26 kabupaten/kota lain di Lapangan Upakarti Soreang. Kegiatan ini menunjukkan semangat ukhuwah islamiyah, meskipun tidak sedikit yang menilai momentum tersebut lebih bersifat simbolik ketimbang substansial.

Kehadiran Bupati Garut dan Ketua DPRD sepatutnya bukan hanya untuk memberi semangat, melainkan menjadi titik evaluasi terhadap sistem pembinaan generasi Qur’ani di daerah. Apakah MTQ hanya jadi ajang mencari piala dan pencitraan politik sesaat? Atau masih ada harapan agar menjadi poros kebangkitan spiritual dan intelektual umat?

Jika tidak ada perubahan paradigma dan alokasi anggaran yang memadai, maka ajang sebesar MTQ hanya akan menjadi panggung singkat bagi para peserta — yang usai berkompetisi, kembali dilupakan.

 

Nindi Nurdiyanti