Porosmedia.com — Dewi Sri (bahasa Jawa: ꦢꦺꦮꦶꦱꦿꦶ; Dewi Sri, bahasa Bali: ᬤᬾᬯᬶᬲ᭄ᬭᬶ; Dewi Sri, bahasa Sunda: ᮑᮤ ᮕᮧᮠᮎᮤ; Nyi Pohaci, bahasa Bugis: ᨔᨂᨗᨕᨔᨛᨑᨗ Sangiang Serri) adalah dewi padi di Pulau Jawa, Bali, Lombok dan Sulawesi.
Pemujaan terhadapnya berawal dari perkembangan dan penyebaran penanaman padi di Asia, kepercayaan terhadap dewi padi akhirnya bermigrasi dan mempengaruhi masyarakat di Nusantara. Mitologi yang serupa terhadap roh yang memberikan kesuburan di beberapa daerah sedikit berbeda dan tersebar luas di antara kawasan Asia Tenggara dan juga negara tetangga.
Pemujaan terhadap dewi padi purba diduga memiliki asal-usul prasejarah terkait perkembangan dan penyebaran pertanian padi di Asia, yang mungkin dibawa oleh masyarakat Austroasia atau Austronesia yang bermigrasi dan akhirnya bermukim di kepulauan Nusantara. Mitologi mengenai sosok roh, dewa atau dewi padi beredar luas di kalangan berbagai suku di Indonesia, serta di negara tetangga seperti di Thailand dan Kamboja.
Gelar “Sri” pada Raja-Raja Sunda dan Jawa
Sebelum datangnya agama Hindu masyarakat Pulau Jawa (Bangsa Sunda dan Jawa) mempercayai keberadaan Dewi Kesuburan Tanah/Dewi Pertanian. (Di India, tempat lahirnya Agama Hindu tidak dikenal Dewi Sri)
Orang Jawa mengenalnya dengan nama Dewi Sri, sementara orang Sunda mengenalnya dengan sebutan Nyai Pohaci Sanghyang Sri/Asri. Selain di Pulau Jawa kepercayaan ini juga menyebar ke daerah-daerah taklukan Kerajaan2 yang berasal dari Jawa seperti Bali dan lain sebagainya.
Istilah “Sri” Dikemudian hari juga digunakan untuk gelar Raja-Raja di Jawa dan Sunda.
Contoh Seperti “Sri Baduga Maharaja” raja Kerajaan Sunda.
Maksud gelar Sri disitu adalah “Penguasa Tanah”.
Gambar: Arca Perunggu Dewi Sri sedang menggengam Padi, Arca Peninggalan Mataram Kuno.