Porosmedia.com, Bandung – Dalam pusaran diam para pemimpin, satu suara justru terus lantang menggema: Sony Teguh Prasatya, seorang birokrat yang tak pernah lelah menyerukan pembelaan terhadap Palestina.
Tidak hanya di balik meja kantor atau forum resmi, Sony dikenal aktif hadir dalam setiap aksi solidaritas Palestina di Kota Bandung. Sosok yang karib disapa STP ini bukan hanya menjadi pejabat, tetapi juga simbol kepedulian dan keberpihakan pada kemanusiaan.
Setiap kali Kota Bandung menggelar aksi bela Palestina, Sony Teguh Prasatya hampir selalu berdiri di barisan terdepan. Dengan lantang ia menyuarakan perlawanan terhadap penjajahan, membela anak-anak Gaza, dan menolak ketidakadilan global yang menimpa rakyat Palestina. Tak hanya di lapangan, dunia maya pun menjadi ladang perjuangannya.
Akun media sosial pribadinya dipenuhi ratusan bahkan ribuan unggahan tentang Palestina. Bukan sekadar repost, tapi catatan penuh empati dan semangat perjuangan yang menyentuh hati siapa pun yang membacanya.
Salah satu catatan yang viral baru-baru ini bertajuk: “MAAFKAN KAMI GAZA, MAAFKAN KAMI PALESTINA”, menjadi pengingat keras kepada bangsa Indonesia agar tak lupa akan sejarah solidaritas terhadap Palestina. Dalam catatannya, Sony Teguh Prasatya menulis:
“Karena Ketabahanmu Dalam Menjalani Malapetaka Kemanusiaan Di Negerimu,
Karena Keikhlasanmu Dalam Menghadapi Kekejaman,
Karena Kekuatanmu Dalam Mengatasi Semua Duka Lara,
Telah Membuat Banyak Umat Manusia ‘Melihat’ Dan Mencintai ISLAM.”
Ia juga menggugah kembali sejarah bahwa Palestina adalah bangsa pertama yang mendukung kemerdekaan Indonesia di masa-masa awal proklamasi, jauh sebelum dunia lain membuka pintu diplomasi.
“Kami Ingat, Palestina Adalah Bangsa Terdepan Membela Kami (1944).”
“Kami Masih Ingat Tentang Piagam Dasasila Bandung (1955),
Tentang Keadilan, Kemanusiaan, dan Kesetaraan Bangsa-Bangsa Di Dunia.
Namun, hingga saat ini hanya kalian, Palestina, yang masih terjajah.”
Di akhir tulisannya, Sony Teguh Prasatya mengakhiri dengan kalimat yang menyentak:
“maafkan Kami Gaza, Maafkan Kami Palestina” …
Suara Sony Teguh Prasatya bukan sekadar tulisan—ia turun langsung ke lapangan, bergandengan dengan berbagai elemen masyarakat, menunjukkan bahwa kepedulian terhadap Palestina bukan sekadar wacana elite, tapi juga denyut nurani rakyat.
Bandung Menggema untuk Palestina: Dari Asia-Afrika, Suara Kemanusiaan Bergelora.
Sabtu sore, kawasan bersejarah Jalan Asia Afrika di Kota Bandung kembali menjadi saksi nyata gelora solidaritas rakyat Indonesia. Dalam satu titik simbolik yang pernah melahirkan semangat Gerakan Non-Blok, orasi demi orasi disampaikan, mengecam standar ganda dunia dan menggaungkan seruan pembebasan Palestina.
Johari dari Motah Fighting Club, dalam orasinya menyoroti bagaimana semangat Asia-Afrika yang dahulu digelorakan dari tempat ini, kini mulai pudar, terutama dari negara-negara yang dulu menjadi pelopor anti-penjajahan.
“Mesir yang dahulu menjadi garda depan Gerakan Non-Blok, kini menunjukkan sikap munafik. Di balik topeng diplomasi, mereka telah menjelma menjadi penjilat kekuasaan dan pengecut yang menutup mata terhadap penderitaan Palestina. Tapi hari ini, dari Bandung, kita nyalakan lagi semangat pembebasan itu!” tegas Johari.
Dukungan serupa datang dari Rendra Ariyana dari Viper Indonesia, yang menyerukan agar barisan solidaritas tak goyah oleh tantangan.
“Bismillahirrahmanirrahim. Kini saatnya kita merapatkan barisan. Berdiri tegak! Patahkan gejolak ke kuburan! Prioritaskan ibadah sebagai pondasi utama, dan jadikan pengetahuan sebagai amunisi. Ukhuwah adalah kekuatan, berdirilah sebagai cermin Mukmin sejati,” serunya lantang, disambut takbir dari para peserta aksi.
Obay 7 dari Keluarga Besar Brigez Indonesia ( IKB ) pun menyuarakan ajakan untuk tidak tinggal diam. Ia menyampaikan tiga langkah konkret: doa, boikot, dan aksi nyata.
“Pertama, jangan pernah putus berdoa. Kedua, boikot produk-produk Israel dan sekutunya. Ketiga, terus lakukan aksi solidaritas. Ini bukan hanya tentang politik, ini soal iman. Karena kelak kita akan ditanya oleh Allah sejauh mana kita membantu saudara kita di Palestina,” ujar Obay penuh semangat. “Allahu Akbar!” pekiknya menutup orasi.
Seniman dan aktivis budaya Wanggi Hoed yang juga merupakan inisiator dari gerakan peduli Palestina “ Bandung Protes “ menyampaikan kegelisahannya atas tragedi yang terus berlangsung di Palestina, terutama pembantaian anak anak dan perempuan yang di pertontonkan tanpa batas di media sosial.
“Yang terjadi di Gaza adalah tragedi kemanusiaan paling mengerikan dalam sejarah peradaban manusia. Dan kita—yang menontonnya setiap hari—harus tersentak. Ini bukan semata soal agama, ini soal kemanusiaan. Bandung dari dulu sudah berpihak pada perjuangan Palestina, dan sejarah Konferensi Asia-Afrika mencatat itu. Kita punya utang sejarah kepada Palestina!” ucapnya lantang.
Penegasan Solidaritas Bandung
Aksi ini menjadi pengingat bahwa meski Indonesia jauh secara geografis, namun secara moral dan sejarah, rakyatnya—terutama dari Bandung—memiliki ikatan kuat terhadap perjuangan rakyat Palestina. Kota ini, dengan sejarah panjangnya sebagai simbol perlawanan terhadap penjajahan, kembali menegaskan keberpihakan pada keadilan, kemanusiaan, dan kemerdekaan bangsa-bangsa.
Humas STP – Syi’ar•Tauhid •Persaudaraan
(*)