Porosmedia.com, Bandung – Festival budaya Sasihung Fest 4 kembali menyemarakkan Alun-alun Ujungberung, Jumat (28/11/2025). Gelaran tahunan yang telah memasuki tahun keempat ini memperlihatkan bagaimana kekuatan kolaborasi para pelaku seni di Bandung Timur mampu menjaga kesinambungan tradisi sekaligus membuka ruang inovasi bagi generasi kreatif masa kini.
Ketua Sasihung Ujungberung sekaligus pemerhati budaya, Dadang Hendra, menyampaikan bahwa Sasihung—akronim dari Sayunan Seniman Hurip Ujung Berung—dirancang sebagai ruang pertemuan lintas komunitas untuk memperkuat jejaring seni di akar rumput.
“Sasihung dibangun lewat semangat gotong royong. Semakin banyak seniman yang terlibat, semakin kuat pula posisi Ujungberung sebagai pusat kreativitas. Tahun ini kami melihat pertumbuhan itu semakin nyata,” ujarnya.
Mengangkat tema “Menyapa Warisan, Menyongsong Masa Depan”, Sasihung Fest 4 menampilkan rentang kesenian yang luas. Mulai dari Tembang Sunda Cianjuran, Jaipongan, Reak, Benjang, hingga kolaborasi musik etnis modern, festival ini menegaskan bahwa tradisi tidak lekang oleh waktu dan tetap relevan ketika diberi ruang tumbuh.
“Tujuan kami sederhana: merawat seni—baik yang murni tradisi maupun yang bertransformasi menjadi bentuk modern. Antusiasme warga dan dukungan perangkat daerah membuktikan bahwa budaya masih menjadi denyut kehidupan masyarakat,” kata Dadang.
Ia menjelaskan bahwa nama “Sasihung” memiliki makna simbolik. Dalam khazanah Sunda, sihung atau taring menjadi metafora kekuatan dan keteguhan karakter.
“Sasihung itu ajakan agar manusia tidak kehilangan ‘taring’-nya—yakni kreativitas dan identitas budaya. Itu kekuatan yang ingin kami tonjolkan,” jelasnya.
Ujungberung tercatat sebagai kawasan dengan keberagaman seni yang sangat kaya. Lebih dari 100 bentuk kesenian tumbuh di wilayah ini, mulai dari tradisi lokal, seni bela diri, musik, hingga subkultur yang berkembang menjadi bagian dari wajah budaya Bandung.
“Sasihung berupaya menyatukan wiraga, wirahma, dan wirasa dari berbagai praktik kesenian. Semangatnya: memperkuat ajian budaya Sunda dari Ujungberung untuk Bandung dan Indonesia,” imbuh Dadang.
Perjalanan penyelenggaraan Sasihung Fest bukan tanpa tantangan. Dadang menuturkan bahwa dua edisi awal festival berlangsung sepenuhnya mengandalkan swadaya para seniman dan komunitas.
“Pada awalnya semua murni gotong royong. Para seniman tampil tanpa dukungan fasilitas. Tapi karena rasa memiliki yang kuat, festival ini tetap berjalan,” ungkapnya.
Pada penyelenggaraan ketiga, Sasihung mulai mendapatkan dukungan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung. Tahun ini, dukungan dari Pemkot Bandung membuat Sasihung Fest 4 menghadirkan produksi yang lebih matang dan inklusif.
“Kami bersyukur dukungan Pemkot Bandung kini semakin kuat. Fasilitas panggung, tata suara, hingga penyusunan program ikut disiapkan. Para seniman bisa lebih fokus pada karya,” ujarnya.
Dadang menegaskan bahwa gerakan Sasihung selaras dengan amanat UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, terutama terkait perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan ekosistem seni.
“Semua pihak sudah melihat pentingnya menjaga dan merawat seni. Kami berkomitmen untuk terus melestarikan sekaligus memperkuat keberlanjutan budaya di Ujungberung,” tegasnya.
Sasihung Fest 4 diharapkan menjadi ruang belajar, ruang berekspresi, dan ruang penguatan identitas daerah yang berkelanjutan bagi masyarakat Bandung Timur.







