Mohammad Natsir, Tokoh Masyumi yang Tegas Menolak Komunisme

Avatar photo

Porosmedia.com – Mohammad Natsir dikenal sebagai salah satu tokoh penting Masyumi yang memiliki sikap tegas menolak komunisme, khususnya terhadap Partai Komunis Indonesia (PKI). Pandangannya itu salah satunya diwujudkan melalui majalah Hikmah yang ia pimpin, sekaligus menjadi representasi suara Masyumi. Majalah tersebut dimaksudkan untuk menandingi media cetak yang dimiliki PKI.

Menurut catatan Arahman Ali dalam tulisannya “Mohammad Natsir: Baik di Barat ataupun di Timur, Kita Menuju Keridlaan Ilahi” yang dimuat dalam buku Tanah Air Bahasa: Seratus Jejak Pers Indonesia (2007), Hikmah menilai PKI sebagai ancaman serius. Disebutkan bahwa, “PKI sangat berbahaya bagi kemanusiaan dan tata negara. Itu terlihat dari perilaku pemerintah Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina yang mudah memberlakukan tindak kekerasan terhadap manusia, serta kebijakannya yang berpusat pada komunisme internasional.”

Lebih jauh, Hikmah menekankan bahwa menghadapi komunisme tidak cukup hanya dengan kekuatan senjata. Yang lebih penting adalah kekuatan keyakinan dan spiritualitas yang bersumber dari agama. Ali menuliskan, “Ideologi mesti dihadapi dengan ideologi pula.”

Baca juga:  Hendrik Markus de Kock Sadar menjebak Diponegoro adalah Pengecut

Namun, perseteruan politik kala itu berdampak besar bagi Masyumi dan para tokohnya, termasuk Natsir. Pada 1960, Presiden Sukarno membubarkan Masyumi. Beberapa tokohnya, termasuk Mohammad Natsir, dipenjara dengan tuduhan keterlibatan dalam PRRI.

Natsir kemudian dibebaskan pada 1966, seiring perubahan politik nasional. Pada saat yang sama, Sukarno perlahan kehilangan pengaruh hingga akhirnya menjalani masa tahanan rumah sebelum wafat. Sementara itu, PKI diberangus habis hingga ke akar-akarnya pasca peristiwa 1965.

Sikap keras Mohammad Natsir terhadap komunisme menunjukkan konsistensinya dalam memperjuangkan nilai-nilai ideologi yang ia yakini, sekaligus menjadi bagian penting dari perjalanan sejarah politik Indonesia.