Konflik Mencekam di Kebun Binatang Bandung: Satwa Terancam, Bayi Hewan di Ujung Nyawa

Avatar photo

Porosmedia.com, Bandung – Pagi di Kebun Binatang Bandung yang biasanya riuh oleh kicau burung dan rutinitas perawatan satwa, berubah menjadi mencekam. Sekira pukul 06.00 WIB, sekelompok orang yang diduga terkait dengan Taman Safari Indonesia (TSI) bersama petugas keamanan Red Guard mendatangi gerbang utama kebun binatang tertua di Jawa Barat tersebut.

Ketegangan memuncak ketika gerbang didorong hingga terbuka, pintu manajemen dijebol, dan pekerja yang berada di dalam dipaksa keluar.

Tak hanya karyawan, belasan petugas keamanan internal Bandung Zoo juga diminta meninggalkan area. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran serius bagi kelangsungan hidup satwa, terutama bayi-bayi hewan yang memerlukan pakan rutin dan perawatan khusus.

“Kami sangat khawatir terhadap satwa, terutama bayi-bayi yang harus diberi pakan pagi hari. Kalau tidak segera ditangani, bisa mati satu per satu,” ungkap Yaya Suhaya, Ketua Serikat Pekerja Mandiri Derenten (SPMD), dengan nada tegas bercampur cemas.

Hingga berita ini diturunkan, puluhan karyawan masih tertahan di luar area kebun binatang. Mereka berkumpul di area parkir Garuda, terhalang untuk kembali ke pos kerja. Kendaraan pengangkut pakan juga terhenti di luar, sementara ratusan satwa, termasuk anak-anak hewan yang memerlukan susu dan perawatan intensif, menunggu asupan gizi dan penanganan.

Baca juga:  Mantan Sekda Kota Bandung Ditahan Kejati Jabar Terkait Dugaan Korupsi Aset Kebun Binatang

“Ini bukan konflik biasa. Ini sudah masuk tahap pengambilalihan paksa, dan satwa menjadi korban,” ujar Sulhan Syafei, Humas Bandung Zoo, Rabu, 6 Agustus 2025.

General Manager Bandung Zoo, Petrus Arbeny, telah melaporkan kejadian ini ke Polrestabes Bandung. Namun hingga siang hari, belum terlihat langkah pengamanan yang nyata untuk memastikan kebun binatang kembali beroperasi normal dan menjamin keselamatan satwa di dalamnya.

Situasi ini juga berdampak langsung pada pengunjung. Tiket yang telah dibeli, termasuk melalui platform daring seperti Traveloka, tidak dapat digunakan. Tidak ada pengumuman resmi, hanya suasana penuh ketidakpastian.

Yayasan Margasatwa Tamansari (YMT) sebagai pengelola resmi Kebun Binatang Bandung menyatakan keprihatinan mendalam. Mereka menilai aksi yang terjadi berpotensi melanggar ketentuan hukum dan dapat membahayakan keberlangsungan pengelolaan satwa.

“Kami mengecam keras aksi yang dilakukan di luar prosedur hukum ini. Keselamatan satwa adalah prioritas utama, dan tidak boleh dijadikan korban dalam sengketa atau perselisihan manajemen,” demikian pernyataan tertulis YMT.

Situasi di Kebun Binatang Bandung hari ini mengingatkan pada satu hal penting: satwa tidak memahami dinamika hukum maupun sengketa pengelolaan. Mereka hanya bergantung pada pakan, air, dan perawatan rutin dari para perawatnya. Setiap keterlambatan penanganan dapat berakibat fatal, terutama bagi bayi-bayi satwa yang rentan.

Baca juga:  FPN Minta Paus Tekan Israel Hentikan Genosida di Palestina

Perselisihan yang belum terselesaikan ini menempatkan satwa dalam posisi paling rentan. Sementara pihak terkait dan aparat hukum diharapkan segera memberikan penyelesaian, satwa-satwa di dalam kebun binatang menunggu—dalam diam, di ujung ketidakpastian.