Porosmedia.com, Bandung – Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Bandung menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Penerapan Logo Asia Africa Youth Forum (AAYF) kepada seluruh admin media sosial perangkat daerah, Selasa, 22 April 2025, di Auditorium Balai Kota Bandung.
Acara ini merupakan bagian dari upaya memperkuat identitas Bandung sebagai Ibu Kota Asia Afrika serta menyambut perhelatan Asia Africa Youth Forum (AAYF) 2025.
Logo AAYF yang disosialisasikan merupakan hasil karya kolaboratif anak muda Kota Bandung.
Kepala Diskominfo Kota Bandung, Yayan A. Brilyana mengatakan, logo ini bukan sekadar simbol visual, tetapi juga mengandung semangat dan nilai-nilai luhur Dasasila Bandung.
“Logo ini adalah bentuk hibah dari teman-teman kreatif Kota Bandung. Kami menyosialisasikan makna, posisi penggunaan, serta filosofi di baliknya agar seluruh perangkat daerah menggunakan secara seragam dan tepat,” ujar Yayan.
Ia mengatakan, branding Kota Bandung tidak bisa dilakukan sembarangan. Oleh karena itu, peran admin media sosial perangkat daerah menjadi sangat vital dalam membentuk narasi publik.
“Setiap malam saya menganalisis berita yang diproduksi kota. Pukul 07.00 WIB, kita sudah lihat berita mana yang keluar di media. Alhamdulillah, rilis kita selalu naik. Tapi kita perlu strategi konten yang matang dan penuh tanggung jawab,” tambahnya.
Yayan juga menekankan pentingnya konten yang bersifat aksi nyata di lapangan.
“Saya bereksperimen, ternyata warga Kota Bandung lebih tertarik pada konten aksi, contohnya seperti kegiatan Gober, Linmas, camat, lurah, hingga kadis di lapangan. Ini yang harus kita perbanyak di medsos,” ujarnya.
Ia pun meminta seluruh admin medsos di lingkup Pemkot Bandung untuk menyusun content plan menjelang event besar, dan selalu berkoordinasi dengan Diskominfo.
“Mohon berikan kami amunisi berupa data, jadwal, dan info kegiatan agar bisa kita gaungkan bersama,” pesannya.
Sementara itu, perwakilan tim pembuat logo AAYF, Abdullah Caesar menyampaikan, logo ini dirancang untuk membangkitkan kembali semangat Konferensi Asia Afrika tahun 1955 dalam perspektif generasi muda masa kini.
“Kami ingin menghadirkan semangat Dasasila Bandung dalam wajah yang segar, penuh energi, dan relevan dengan tantangan zaman. Logo ini bukan hanya menggambarkan Bandung sebagai kota sejarah, tapi juga sebagai kota masa depan yang menjadi pusat kolaborasi pemuda Asia dan Afrika,” tutur Aulia.
Ia menjelaskan, desain logo menampilkan simbolisme yang mencerminkan optimisme, keberagaman, dan persatuan antarbangsa.
“Kami percaya, Bandung bukan hanya tempat berlangsungnya peristiwa bersejarah, tapi juga rumah bagi ide-ide besar yang bisa mengubah dunia,” tambahnya.
Logo AAYF ini, menurut Caesar, juga merupakan bagian dari gerakan untuk menjadikan Bandung sebagai episentrum gerakan pemuda global yang memberi dampak positif di bidang sosial, budaya, politik, lingkungan, hingga teknologi.
Peluncuran dan penerapan logo AAYF menjadi langkah awal Kota Bandung untuk memperkenalkan dirinya kembali kepada dunia, sejalan dengan peringatan 70 tahun Dasasila Bandung.
“Kami sebagai pencipta dan pemilik hak cipta atas logo “70 Bandung Capital City of Asia Africa”. Dengan ini menyerahkan hak guna pakai atas logo tersebut kepada Pemkot untuk digunakan dalam seluruh kegiatan resmi Pemerintah Kota Bandung yang berkaitan dengan peringatan 70 tahun “Bandung Capital City of Asia Africa”, baik dalam bentuk cetak maupun digital,” pungkasnya. (ziz)**