Oleh: R. Wempy Syamkarya
Pengamat Kebijakan Publik dan Politik
Porosmedia.com — Program Bandung Caang Baranang yang digagas Pemerintah Kota Bandung patut diapresiasi. Terang benderangnya jalan-jalan kota bukan hanya memperindah wajah Bandung di malam hari, tetapi juga berkontribusi positif dalam menekan angka kecelakaan lalu lintas dan mencegah tindak kriminalitas. Ini adalah langkah strategis dalam mendukung kenyamanan dan keamanan publik.
Namun, di balik keberhasilan tersebut, ada satu hal fundamental yang luput dari perhatian: semrawutnya kabel udara yang melintang di berbagai ruas jalan utama. Kabel-kabel dari berbagai layanan, seperti listrik, telekomunikasi, dan internet, masih banyak bergelantungan tanpa manajemen yang terintegrasi. Ini bukan hanya mengganggu estetika kota, tetapi juga membahayakan keselamatan warga.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa beberapa insiden kecelakaan terjadi akibat kabel yang putus atau menjuntai terlalu rendah. Tidak sedikit pengendara sepeda motor yang terjerat kabel, bahkan ada yang mengalami luka serius. Dalam konteks kota modern, kondisi ini sangat ironis.
Lebih jauh, kabel-kabel yang tidak tertata juga menyimpan potensi kerawanan sistemik. Jika terjadi sabotase atau gangguan disengaja terhadap kabel vital—seperti yang terhubung ke fasilitas layanan publik seperti rumah sakit atau bank—maka dampaknya bisa sangat fatal. Pasien kritis bisa kehilangan akses layanan medis karena aliran listrik terputus. Transaksi ekonomi masyarakat juga bisa lumpuh karena sistem perbankan terganggu. Ini adalah risiko laten yang belum banyak dibicarakan secara terbuka.
Solusi yang paling logis dan sudah diterapkan di banyak kota besar dunia adalah penerapan sistem ducting bawah tanah, yakni menanam kabel dalam saluran bawah tanah yang aman dan terorganisir. Selain lebih estetis, metode ini juga meminimalkan risiko kecelakaan serta gangguan terhadap layanan publik yang krusial.
Pemerintah Kota Bandung, di bawah kepemimpinan Wali Kota M. Farhan, sepatutnya menjadikan persoalan ini sebagai prioritas strategis. Tidak cukup hanya menyalakan lampu jalan, tetapi juga harus ada keberanian politik untuk melakukan revitalisasi infrastruktur dasar, termasuk sistem distribusi kabel. Sudah saatnya Bandung tidak hanya “caang”, tapi juga rapih dan tertib secara visual dan teknis.
Sebagai wajah Provinsi Jawa Barat, Bandung memiliki tanggung jawab moral dan simbolik untuk menjadi contoh dalam penataan kota yang aman, bersih, dan berkelas. Kerapihan kabel bukan sekadar urusan teknis, tetapi bagian dari identitas dan marwah kota yang memiliki sejarah panjang dan reputasi budaya tinggi.
Kita berharap, opini ini bisa menjadi bahan pertimbangan bagi para pengambil kebijakan. Kebijakan publik yang baik adalah yang berpihak pada keselamatan, kenyamanan, dan kepentingan masyarakat luas. Karena sejatinya, kota yang baik bukan hanya yang terang benderang, tetapi juga aman, estetis, dan berkelanjutan.
Selamat bekerja untuk para pemangku kepentingan. Mari terus berbenah demi Bandung yang lebih baik.