Tokoh  

Iskandar Zulkarnain: Arsitek Birokrasi Bandung yang Meniti dari Jalanan hingga Balai Kota

Avatar photo

Porosmedia.com – Di antara dinamika pemerintahan Kota Bandung yang terus bergejolak menghadapi tantangan urban abad ke-21, hadir sosok birokrat senior yang tak asing dalam peta pembangunan kota: H. Iskandar Zulkarnain, ST, M.M. Diangkat sebagai Penjabat Sekretaris Daerah (Pj. Sekda) Kota Bandung, Iskandar bukan sekadar pejabat administratif. Ia adalah pengemban amanat yang telah kenyang pengalaman teknis dan strategis, yang kini ditugaskan untuk menata ulang harmoni roda pemerintahan kota.

Dengan latar belakang teknik sipil dan administrasi publik, Iskandar adalah potret langka birokrat yang memahami detil pekerjaan dari bawah hingga ke tingkat strategis. Lahir dan besar di Bandung, alumnus SMA BPI ini menempuh pendidikan S1 di Universitas Trisakti (1995), kemudian menggenggam dua gelar magister dari Universitas Winaya Mukti (2012) dan Universitas Pasundan (2015). Kombinasi akademik dan empirik ini menjadikan Iskandar figur lengkap di tengah birokrasi yang kini dituntut lebih adaptif dan inovatif.

H. Iskandar Zulkarnain, ST, M.M. beserta Istri

Dari Saluran Air ke Balai Kota

Perjalanan karier Iskandar di pemerintahan Kota Bandung adalah kisah klasik tentang konsistensi, integritas, dan kerja nyata. Memulai karier dari posisi teknis sebagai Kepala Seksi Fisik & Prasarana pada tahun 2000, ia merintis berbagai jabatan yang bersentuhan langsung dengan infrastruktur perkotaan—dari urusan saluran air dan trotoar, distribusi material, hingga penataan ruang kota.

Baca juga:  Mengenal Sandiah Ibu Kasur yang Tampil di Google Doodle Hari Ini

Langkah kariernya melesat saat dipercaya menjadi Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan pada 2013, disusul jabatan sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Kepala Dinas Penataan Ruang, dan terakhir menjabat sebagai Kepala Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah sejak 2020. Dalam setiap jabatan, Iskandar dikenal lugas, terbuka terhadap kritik, dan tidak alergi turun ke lapangan.

Sekda sebagai Mesin Koordinasi Kota

Kini, sebagai Sekretaris Daerah, Iskandar memegang peran kunci: mengharmoniskan kinerja seluruh perangkat daerah, mengawal kebijakan Walikota, serta memastikan sistem pemerintahan berjalan efisien, transparan, dan akuntabel. Fungsi-fungsi strategis seperti perumusan RPJMD dan RKPD, koordinasi antar dinas, serta monitoring pelaksanaan kebijakan daerah, berada di bawah komando koordinatifnya.

“Laksanakan tugas sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab,” tulisnya dalam pesan resmi pertamanya sebagai Pj. Sekda—sebuah kalimat pendek tapi mengandung integritas panjang.

Iskandar bukan hanya administrator. Ia juga pembina, fasilitator, dan penghubung antara dunia birokrasi dan aspirasi publik. Di tangan Iskandar, jabatan Sekda bukan sekadar struktur, melainkan mesin yang menggerakkan etos kerja kolektif dalam melayani masyarakat.

Baca juga:  Daddy Rohanady: PR Serius untuk Semua, Dayeuhkolot dan Bojongsoang kembali Banjir

Bandung di Persimpangan Masalah

Bandung hari ini sedang menghadapi kompleksitas kota besar: stunting, kemacetan, pengelolaan sampah, krisis ruang terbuka hijau, hingga potensi bencana alam seperti gempa akibat sesar Lembang. Masalah sosial seperti kemiskinan, kriminalitas, dan marginalisasi budaya lokal juga masih menghantui.

Namun Iskandar tak gentar. Dengan pendekatan teknokratik dan kolaboratif, ia mendorong penguatan fungsi dinas, keterlibatan masyarakat, serta evaluasi berkala terhadap program pemerintah. Ia percaya, birokrasi yang sehat harus dibangun dari disiplin kerja, sinergi antar unit, dan keberanian mengambil keputusan di tengah kompleksitas.

Satu pernyataan yang acap ia ulang di lingkaran dalamnya adalah: “Kita tidak sedang membangun proyek, kita sedang membangun Bandung.” Sebuah kalimat yang mencerminkan pergeseran perspektif: dari proyek-proyek fisik ke makna strategis pembangunan yang berpihak pada manusia.

Membumi Tanpa Kehilangan Elegansi

Di tengah gaya kepemimpinan yang kerap mencolok atau populis, Iskandar justru tampil dengan pendekatan diam-diam bekerja, tanpa retorika tinggi. Ia adalah pekerja birokrasi, bukan pencari panggung. Dalam banyak kesempatan, ia lebih memilih menyapa warga di lapangan, menyambangi kantor dinas tanpa seremoni, dan memeriksa langsung kondisi administratif yang kadang terabaikan di ruang-ruang rapat mewah.

Baca juga:  Mendidik untuk Membebaskan: Menyambung Gagasan Ki Hajar dan Roem

Sosoknya sederhana tapi penuh wibawa. Tegas tapi terbuka berdialog. Elegan dalam penampilan, tapi membumi dalam tutur dan pendekatan.

Epilog: Menuju Birokrasi yang Melayani

Kota Bandung membutuhkan figur yang bukan hanya bisa bicara, tapi mampu menyatukan, menggerakkan, dan menyelesaikan. Di pundak H. Iskandar Zulkarnain, birokrasi Kota Bandung memiliki peluang untuk kembali pada hakikatnya: sebagai alat untuk melayani warga, bukan dilayani.

Dalam senyap, ia membenahi. Dalam diam, ia bekerja. Dalam jabatan, ia menegaskan: birokrasi yang kuat adalah birokrasi yang tidak ragu berubah.

Selamat bekerja, Pak Sekda. Bandung menaruh harapan.