Porosmedia.com, Cirebon – Tragedi longsor yang melanda area pertambangan Gunung Kuda, Cirebon, tak hanya menyisakan luka fisik bagi para korban, namun juga duka mendalam bagi masyarakat Jawa Barat. Di tengah suasana penuh keprihatinan itu, Kapolda Jawa Barat, Irjen Pol. Rudi Setiawan, menunjukkan kepedulian langsung dengan mengunjungi salah satu korban selamat di Rumah Sakit Mitra Plumbon, Sabtu (31/05/2025).
Didampingi jajaran pejabat utama Polda Jabar, Kapolresta Cirebon Kombes Pol. Sumarni, serta para Kapolres dari wilayah 3 Cirebon, Kapolda menyambangi Aji Setiawan — warga Blok Beberan Barat, Desa Beberan, Kecamatan Palimanan — yang mengalami luka akibat peristiwa longsor saat tengah bekerja di lokasi tambang.
Dalam kunjungannya, Irjen Rudi Setiawan memberikan tali asih dan santunan secara langsung kepada Aji Setiawan serta keluarganya. Gestur ini bukan sekadar simbolik, tapi bagian dari upaya membangun kembali kepercayaan publik terhadap hadirnya negara, melalui institusi kepolisian, di tengah-tengah bencana.
“Kami hadir bukan hanya untuk memberi dukungan moril, tetapi juga memastikan bahwa korban dirawat dengan baik dan penuh perhatian,” tegas Kapolda Jabar kepada media.
Tak lupa, Kapolda juga menyampaikan bela sungkawa yang mendalam kepada keluarga korban yang meninggal dunia. Ia menegaskan bahwa musibah ini adalah duka bersama, dan negara harus hadir secara utuh — bukan hanya dalam bentuk bantuan fisik, tapi juga pendampingan psikososial.
“Kami turut berduka atas tragedi ini. Semoga para korban mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan, dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan,” ujarnya.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol. Hendra Rochmawan menegaskan bahwa kunjungan ini merupakan bagian dari komitmen institusional Polda Jabar dalam merawat solidaritas sosial dan tanggung jawab kemanusiaan. Ia menambahkan, pihak kepolisian akan terus mendampingi proses evakuasi dan pemulihan pascabencana.
“Ini bukan hanya soal hukum atau keamanan, tapi soal kemanusiaan. Polisi harus hadir di saat masyarakat paling membutuhkan,” ungkapnya.
Tragedi di Gunung Kuda menjadi pengingat keras akan risiko laten sektor pertambangan rakyat yang masih minim pengawasan dan perlindungan keselamatan kerja. Meski kehadiran kepolisian patut diapresiasi, pertanyaan besar tetap menggantung: sampai kapan tambang-tambang rakyat akan terus beroperasi tanpa sistem mitigasi bencana yang memadai?