Dari Bandung, Bung Besar Lahir secara Ideologis untuk Indonesia

Avatar photo

Porosmedia.com, Bandung – Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menegaskan kembali posisi historis Kota Bandung sebagai titik tolak kelahiran ideologis Bung Karno, dalam momentum peringatan Hari Lahir Pancasila, Minggu, 1 Juni 2025.

Dalam kegiatan napak tilas ke Museum Penjara Banceuy bersama unsur Forkopimda, Farhan menyatakan bahwa Bandung bukan sekadar latar dalam sejarah Indonesia, melainkan rahim yang melahirkan gagasan revolusioner Bung Karno.

“Di Surabaya Bung Karno lahir. Di Blitar beliau disemayamkan. Tapi di Bandung, Bung Besar lahir. Lahir secara ideologis, dari keyakinan dan perjuangan,” ujar Farhan di depan sel tempat Soekarno pernah dikurung penjajah.

Sel sempit 2,1 x 1,46 meter tanpa listrik, di mana Bung Karno ditahan antara Desember 1929 hingga Agustus 1930, menjadi tempat kelahiran gagasan besar yang mengguncang tatanan kolonialisme global. Di balik jeruji itulah, pleidoi legendaris Indonesia Menggugat ditulis—sebuah teks yang kemudian disampaikan di Gedung Indonesia Menggugat, hanya beberapa langkah dari Penjara Banceuy.

Farhan menekankan bahwa gagasan dalam pleidoi itu bukan hanya melawan penjajahan, tetapi juga memperkenalkan gagasan baru tentang nation-state atau negara-bangsa yang merdeka, berdaulat, dan berdikari.

Baca juga:  Persis Minta Kepolisian dan Kominfo Selidiki Akun Youtube 'Sunnah Nabi'

“Pleidoi itu menginspirasi banyak bangsa di dunia. Dari Bandung, ide besar kemerdekaan lahir. Dari penderitaan, lahir kekuatan keyakinan yang tak bisa dipatahkan oleh tekanan fisik,” kata Farhan.

Ia juga menyoroti semangat generasi muda Bandung yang mulai menunjukkan kepedulian terhadap sejarah nasional, termasuk melalui partisipasi simbolik seperti penampilan Pasukan Pengibar Bendera dalam upacara peringatan.

“Saya tidak sendiri. Pemerintah Kota Bandung didukung penuh oleh Forkopimda—dari TNI, Polri, hingga DPRD. Ini bentuk nyata komitmen kita menjaga sejarah tetap hidup,” tambahnya.

Peringatan Hari Lahir Pancasila tahun ini tidak hanya menjadi rutinitas seremoni, tetapi juga momentum reflektif. Bahwa dari Bandung, sebuah kota pendidikan, pergerakan, dan pemikiran, Bung Besar tidak hanya dikenang sebagai pemimpin, tetapi sebagai ide yang terus hidup.