Porosmedia.com, Bandung – Tumpukan sampah yang sempat memadati Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Gunung Batu Timur (Dakota) akhirnya berhasil ditangani melalui langkah pembersihan intensif. Penumpukan tersebut sebelumnya dipicu oleh pembatasan ritasi ke TPA Sarimukti, yang menyebabkan sekitar 200–300 ton sampah di Kota Bandung berpotensi tertunda pengangkutannya setiap hari.
Pemerintah kewilayahan Kelurahan Sukaraja menyambut baik gerak cepat penanganan tersebut dan menilai momen ini sebagai pengingat pentingnya disiplin warga dalam memilah sampah sejak dari rumah.
Kepala Seksi Ekonomi dan Pembangunan Kelurahan Sukaraja, Hendrik Hermawan, menyampaikan apresiasi terhadap koordinasi cepat yang dilakukan jajaran pimpinan Kota Bandung bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Ia menjelaskan bahwa pembersihan dimulai pada Kamis, 13 November 2025 pukul 20.00 WIB, dan seluruh sampah telah tuntas diangkut Jumat, 14 November 2025 pukul 04.00 WIB.
Proses tersebut melibatkan satu unit alat berat (loader) serta 12 armada dump truck yang beroperasi secara bergiliran.
“Alhamdulillah, melalui koordinasi lintas sektor, pengosongan TPS dapat dilakukan dengan cepat dan tertib,” ujar Hendrik.
Meskipun area TPS kini dalam kondisi bersih, aparat kewilayahan menekankan bahwa stabilitas jangka panjang pengelolaan sampah tidak hanya bergantung pada respons pemerintah, tetapi juga kesadaran kolektif warga.
Hendrik menyoroti persoalan yang kerap terjadi, yaitu adanya warga dari luar lingkungan yang membuang sampah secara individu tanpa sistem pengelolaan yang jelas. Ia menegaskan bahwa aturan pemilahan harus mulai dibiasakan.
“Sampah residu silakan dibuang ke TPS. Tetapi untuk sampah organik, seharusnya sudah tidak dibuang ke TPS. Pemilahan dari rumah wajib dilakukan agar beban TPS tidak kembali menumpuk,” tegasnya.
Senada dengan itu, Ketua RW 7 Kelurahan Sukaraja, Yadi, menilai bahwa pembersihan TPS hanyalah penanganan jangka pendek. Menurutnya, keberlanjutan pengelolaan sampah terletak pada kebiasaan warga.
Ia kembali mendorong gerakan “Pilah Sampah dari Rumah”, yang selama ini menjadi fokus edukasi di wilayahnya.
“Kami berharap seluruh warga, khususnya di wilayah RW 7, mulai memperketat pemilahan sampah. Karena sumber persoalan memang dimulai dari rumah masing-masing,” ujar Yadi.
Aparat kewilayahan berharap langkah pembersihan ini menjadi titik awal memperkuat tata kelola sampah berbasis partisipasi masyarakat agar kasus penumpukan tidak kembali terulang.







