Porosmedia.com – Ketika Presiden Amerika Serikat Donald Trump baru saja meninggalkan Malaysia usai menghadiri KTT ASEAN ke-47, dunia langsung dikejutkan oleh peristiwa besar yang terjadi di Kuala Lumpur: China dan negara-negara ASEAN resmi menandatangani Protokol Peningkatan Kawasan Perdagangan Bebas China–ASEAN Versi 3.0.
Langkah monumental ini bukan sekadar catatan ekonomi, melainkan simbol perubahan arah geopolitik dunia. Asia kini tidak lagi menjadi pasar, tetapi pemain utama dalam tatanan ekonomi global.
Babak Baru Ekonomi Asia
Kementerian Perdagangan China mengumumkan bahwa perjanjian Free Trade Area (FTA) versi terbaru ini menjadi tonggak baru dalam sejarah hubungan ekonomi China–ASEAN.
Versi 1.0 dari kerja sama ini rampung pada 2010, disusul versi 2.0 pada 2015. Setelah melalui lebih dari dua tahun negosiasi intensif, versi 3.0 kini diresmikan sebagai peta jalan baru kemitraan ekonomi Asia.
Berbeda dari dua versi sebelumnya, kesepakatan terbaru ini memperluas ruang kerja sama ke sembilan bidang strategis baru — termasuk ekonomi digital, ekonomi hijau, serta integrasi rantai pasok lintas negara.
Bagi para analis, inilah fase “win-win cooperation” yang sesungguhnya, di mana China dan ASEAN memperkuat sinergi untuk menghadapi gejolak global tanpa bergantung pada kekuatan Barat.
Dampak Global dan Isyarat untuk Washington
Kesepakatan ini hadir di tengah memanasnya hubungan dagang antara Beijing dan Washington.
Sejak awal tahun, pemerintahan Trump kembali menggulirkan kebijakan tarif sepihak terhadap sejumlah negara, termasuk yang menolak menyesuaikan diri dengan agenda ekonomi AS. Namun, di tengah tekanan itu, China justru merespons bukan dengan konfrontasi, melainkan dengan konsolidasi — memperkuat poros ekonomi Asia bersama ASEAN.
Bagi banyak pengamat, FTA China–ASEAN 3.0 merupakan “jawaban tenang namun tegas” atas ketidakpastian ekonomi global yang selama ini dipicu oleh kebijakan proteksionis AS.
Dengan momentum ini, ASEAN menegaskan posisinya sebagai kawasan yang tidak ingin diperlakukan sebagai objek politik kekuatan besar, tetapi sebagai mitra sejajar dalam pembangunan ekonomi dunia.
Momen yang Tak Terduga
Menariknya, waktu penandatanganan kesepakatan ini terjadi hanya sehari setelah Trump meninggalkan Kuala Lumpur.
Sebelumnya, Trump telah mengadakan sejumlah pertemuan penting — termasuk dengan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim — dalam upaya memperkuat posisi Amerika di kawasan Asia Tenggara. Namun, sehari berselang, Anwar bersama para pemimpin ASEAN menandatangani perjanjian besar dengan Beijing, yang langsung menjadi sorotan media internasional.
Bagi sebagian kalangan diplomatik, momen ini menjadi simbol pergeseran kekuatan global yang tak bisa diabaikan: saat Washington sibuk menjaga pengaruhnya, Beijing menulis ulang peta ekonomi dunia dengan strategi yang lebih senyap namun efektif.
Asia Menentukan Arah Sendiri
Kesepakatan FTA China–ASEAN 3.0 menunjukkan bahwa Asia kini sedang membangun ekosistem ekonomi baru yang lebih mandiri, kolaboratif, dan berbasis saling keuntungan.
Ketika banyak negara besar masih terjebak dalam retorika politik dan perang tarif, kawasan ini justru mengirim pesan kuat kepada dunia: kemandirian dan kerja sama adalah kunci masa depan.
Pusat gravitasi dunia benar-benar telah bergeser ke Timur. Dan dalam babak baru sejarah global ini, Beijing dan ASEAN berdiri bukan sebagai pesaing Barat, melainkan sebagai motor baru keseimbangan ekonomi dunia.
Porosmedia.com
“Menyalakan Nalar Bangsa, Menjaga Akal Sehat Publik”
Irom | Porosmedia







