Porosmedia.com, Bandung – Sudah saatnya kita melihat model pembangunan yang benar-benar membumi dan menyentuh kebutuhan dasar masyarakat. Salah satu contoh konkret yang layak dijadikan rujukan adalah inisiatif pengelolaan sampah terpadu yang berujung pada kegiatan produktif, seperti bazar hasil panen yang rutin digelar oleh komunitas. Kegiatan ini bukan hanya sekadar inovasi, tetapi bentuk nyata dari pemberdayaan masyarakat yang menyentuh banyak aspek kehidupan sekaligus.
Melalui proses pengolahan sampah organik dan anorganik menjadi media budidaya, masyarakat menghasilkan berbagai komoditas pangan lokal seperti ikan lele, belut, ayam, bebek, mujair, hingga sayur mayur segar. Produk-produk tersebut dipasarkan langsung ke masyarakat melalui bazar panen, yang secara efektif mengurangi ketergantungan warga terhadap pasar tradisional maupun toserba.
Lebih dari itu, program ini memiliki efek berantai yang sangat strategis. Penggunaan maggot sebagai pakan, serta kompos dari limbah rumah tangga sebagai pupuk, menunjukkan praktik ekonomi sirkular yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga mampu menekan angka stunting, meningkatkan kesejahteraan, serta membentuk kemandirian pangan warga. Inilah praktik nyata yang memanusiakan manusia — mengubah para mustahiq (penerima zakat) menjadi muzzaki (pemberi zakat).
Ironisnya, model-model pemberdayaan seperti ini sering luput dari perhatian pimpinan kota, baik Wali Kota maupun Wakil Wali Kota. Yang lebih sering terjadi justru kunjungan-kunjungan seremonial ke program Kampung Berkualitas (KBS) yang belum tentu mencerminkan kondisi riil di lapangan. Klaim-klaim dari kelurahan atau kecamatan yang menyatakan telah 100% KBS, seperti yang terjadi di Panyileukan, perlu diuji dengan pendekatan yang lebih jujur dan objektif. Jangan sampai kita terjebak dalam narasi pencitraan yang hanya mengejar label, tanpa menyentuh esensi dari kualitas hidup warga itu sendiri.
Pemerintah kota perlu lebih bijak dalam menentukan prioritas kunjungan dan dukungan. Sudah saatnya perhatian diarahkan pada inisiatif akar rumput yang benar-benar berjalan dan memberi dampak nyata. Bukan lagi pada program-program artifisial yang hanya sibuk mengejar indikator, tetapi tak mengubah apa-apa di lapangan.
Oleh :
(Kang Yayan, Aktivis dan Pemerhati Pengelolaan Sampah)