Menyalahkan, Menuduh, dan Memfitnah: Pintu Keburukan yang Harus Dijauhi

Avatar photo

Porosmedia.com – Segala bentuk ibadah dan amal saleh hanya akan bernilai jika dilakukan sesuai tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Begitu pula setiap perbuatan baik yang memberi manfaat bagi sesama: jika dilandasi niat yang benar dan cara yang benar, maka ia berubah menjadi ibadah yang Allah berikan ganjaran.

Allah mengingatkan,
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
(QS Adz-Dzariyat [51]:56)

Dan setiap amal—baik atau buruk—akan kembali kepada diri kita:
“Barangsiapa mengerjakan amal saleh, maka itu untuk dirinya sendiri. Barangsiapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri.”
(QS Al-Jaatsiyah [45]:15)

Mengapa Menyalahkan dan Memfitnah Termasuk Dosa Besar?

Salah satu kesalahan yang sering terjadi dalam pergaulan adalah kecenderungan untuk menyalahkan, menuduh, atau bahkan memfitnah. Perbuatan ini bukan hanya merusak persaudaraan, tapi juga bisa menjadi dosa besar jika dilakukan tanpa dasar.

Allah memperingatkan tegas:
“Orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan tanpa kesalahan yang mereka perbuat, sungguh mereka memikul kebohongan dan dosa yang nyata.”
(QS Al-Ahzab [33]:58)

Baca juga:  Pangdam I/BB Hadiri Doa Lintas Agama, Sapa Ojol hingga Pemuka Agama

Di era saat ini—di mana berita, opini, dan tuduhan bisa menyebar sangat cepat—peringatan ini semakin relevan. Satu kata bisa menyakiti, satu tuduhan bisa merusak nama baik, dan satu prasangka bisa memutus silaturahmi.

Tidak Memaksakan Kehendak dan Tidak Menghakimi Sesama

Allah mengajarkan agar kita bertenggang rasa, menghormati perasaan orang lain, dan tidak memaksakan kehendak. Karena memaksakan kehendak seringkali menjadi pintu permusuhan.

Kita juga diingatkan agar tidak mudah memberi label bid’ah atau menyalahkan orang lain semata karena berbeda dalam hal-hal yang masih berada dalam ruang ijtihad. Sebab, bid’ah yang dimaksud ulama adalah perkara terkait ibadah khusus (mahdhah), bukan segala hal yang berbeda dari kebiasaan pribadi atau kelompok tertentu.

Sering kali seseorang terlalu percaya diri, atau terlalu bergantung pada ucapan seseorang tanpa tabayyun, sehingga ia mudah mencela orang lain. Padahal Allah menegur:
“Jauhilah banyak prasangka… jangan mencari-cari kesalahan dan jangan menggunjing sebagian yang lain.”
(QS Al-Hujurat [49]:12)

Bahaya Fitnah: Lebih Kejam Dari Pembunuhan

Baca juga:  Puasa dan Nikmat yang Tertunda

Rasulullah SAW bersabda:
“Janganlah kalian saling mendengki, saling memfitnah, saling membenci, dan saling memusuhi.”
(HR Muslim & Bukhari)

Dan Allah mengingatkan dengan sangat keras:
“Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan.”
(QS Al-Baqarah [2]:191)

Fitnah bukan hanya merusak kehormatan seseorang, tetapi juga mencemari hati pelakunya sendiri. Fitnah membuat seseorang jauh dari rahmat Allah, jauh dari ketenangan, dan mendekatkan diri pada kerusakan spiritual.

Bersabar terhadap Takdir, Jangan Menyalahkan Allah

Yang paling berbahaya adalah ketika seseorang—karena kecewa atau putus asa—sampai menyalahkan takdir Allah. Padahal Rasulullah SAW bersabda:
“Allah telah menetapkan takdir-takdir lima puluh ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi.”
(HR Muslim)

Sikap seorang mukmin adalah menerima, berusaha, dan bertawakal; bukan menyalahkan keadaan ataupun menyalahkan Allah.

Ajakan untuk Bertakwa dan Membersihkan Hati

Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan perhatikanlah apa yang telah diperbuat untuk hari esok. Janganlah kalian seperti orang-orang yang lupa kepada Allah sehingga mereka lupa kepada diri mereka sendiri.”
(QS Al-Hasyr [59]:18–20)

Baca juga:  Jejak Cahaya Para Penjaga Peradaban: Kisah Kiai Fenomenal Indonesia