Jejak Sukses Kang Dada Rosada 

Strategi Membangun Kota Bandung

Avatar photo

Porosmedia.com – Wali Kota Bandung saat ini, Muhammad Farhan, dinilai perlu menyerap berbagai pandangan dari para mantan pemimpin Kota Bandung, termasuk Dada Rosada, yang memimpin selama dua periode. Pengalaman panjang seorang mantan wali kota kerap menjadi rujukan penting agar arah pembangunan tetap berada pada jalur yang tepat dan berkelanjutan.

Rekam Jejak Dada Rosada dalam Mendorong Kemajuan Kota

Dada Rosada dikenal sebagai salah satu kepala daerah yang meninggalkan jejak kuat dalam pembangunan Kota Bandung. Sepanjang masa kepemimpinannya (2003–2008 dan 2008–2013), indikator pembangunan—khususnya kapasitas fiskal—mengalami peningkatan signifikan.

Berdasarkan data yang tercatat pada periode tersebut, APBD Kota Bandung menunjukkan pertumbuhan sebagai berikut:

Tahun 2003: Rp 1,2 triliun

Tahun 2008: Rp 2,5 triliun

Tahun 2013: Rp 5,1 triliun

Kenaikan anggaran ini mendorong pelaksanaan berbagai program pembangunan: infrastruktur, pendidikan, kesehatan, hingga penataan layanan publik. Pada masa itu, Bandung berkembang menjadi salah satu kota dengan dinamika ekonomi dan pertumbuhan masyarakat paling cepat di Indonesia.

Selain itu, sejumlah program partisipatif masyarakat—yang kemudian memengaruhi gaya kepemimpinan generasi berikutnya—mendorong tumbuhnya rasa kepemilikan warga terhadap kotanya. Model keterlibatan publik inilah yang kemudian menjadi referensi bagi banyak daerah lain.

Baca juga:  Santi Rohaetin atau Mak Ijah : Calon Wali Kota Bandung yang bisa ngopi bareng Prabowo Hanya Kang Dhani pasangan Kang Haru, (HD) hade pisan

Pelajaran yang Bisa Diambil Farhan

Untuk memanfaatkan pengalaman para pendahulunya, Farhan dapat menyiapkan sejumlah langkah sebelum meminta masukan strategis dari Dada Rosada, di antaranya:

1. Menyiapkan Data dan Diagnosis Kota

Wali kota perlu membawa gambaran utuh mengenai kondisi Bandung saat ini, meliputi isu kemacetan, tata ruang, pengelolaan sampah, kualitas pelayanan publik, hingga kondisi fiskal.

2. Menetapkan Tujuan Konsultasi

Apakah tujuannya memperkuat kebijakan fiskal, memperbaiki layanan publik, menata ulang pembangunan, atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kepastian tujuan membuat dialog lebih fokus.

3. Menyusun Pertanyaan Teknis dan Strategis

Beberapa contoh pertanyaan yang relevan:

Strategi apa yang efektif dalam meningkatkan PAD Kota Bandung pada periode kepemimpinan sebelumnya?

Pendekatan apa yang diterapkan dalam menangani permasalahan klasik perkotaan, seperti kemacetan dan sampah?

Model seperti apa yang paling efektif untuk meningkatkan partisipasi publik dalam pembangunan?

4. Menunjukkan Komitmen Serius

Masukan dari pemimpin senior akan lebih optimal jika ditunjukkan adanya keseriusan politik, kesiapan kebijakan, dan agenda kerja yang jelas dari pemimpin saat ini.

Baca juga:  Tugas Berat Presiden Prabowo: Menuntaskan Tambang Ilegal di Negeri Kaya Sumber Daya

Tahapan Pembangunan Kota yang Realistis

Membangun kota tidak dapat dilakukan secara instan. Jika Farhan ingin mengadopsi pola pembangunan berkelanjutan sebagaimana pernah dilakukan pada masa sebelumnya, beberapa fase berikut dapat menjadi gambaran:

1. Tahap Fondasi (0–2 Tahun)
Fokus pada pemetaan masalah, membangun kekuatan organisasi, dan menetapkan arah kebijakan.

2. Tahap Implementasi Pembangunan (2–5 Tahun)
Menjalankan program infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan layanan publik secara terukur.

3. Tahap Percepatan (5–10 Tahun)
Dampak pembangunan mulai terlihat; kualitas hidup masyarakat meningkat dan berbagai sektor mulai stabil.

4. Tahap Kematangan (10–15 Tahun)
Kota mencapai level pembangunan yang lebih mapan dengan indikator kesejahteraan yang lebih merata.

Lamanya proses sangat dipengaruhi oleh kondisi aktual, tantangan sosial, tata kelola pemerintahan, dan kapasitas fiskal yang tersedia. Setiap wali kota menghadapi konteks yang berbeda, sehingga hasil dan waktu pencapaiannya tidak dapat disamaratakan.

Wempy Syamkarya|Porosmedia