Gary Iskak: Aktor Serbabisa yang Pergi dengan Cara Sunyi

Avatar photo

Porosmedia.com – Aktor sekaligus komedian tanah air Gary Iskak meninggal dunia pada Sabtu dini hari, 29 November 2025, setelah mengalami kecelakaan tunggal di Jalan Kesehatan Raya, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, sahabat, dan dunia seni peran Indonesia—sebuah kehilangan yang menutup perjalanan panjang seorang aktor dengan jejak kuat, jujur, dan penuh warna.

Kecelakaan terjadi sekitar pukul 00.30 WIB, saat Gary mengendarai Yamaha RX-King bernomor polisi B-6888-WDV dari arah timur menuju barat. Dari keterangan aparat kepolisian, motor yang dikendarainya diduga hilang kendali hingga menabrak sebuah pohon di depan Rainbow Car Wash, Pesanggrahan.

Seorang saksi yang merupakan karyawan tempat pencucian mobil menyebut bahwa Gary terpelanting ke jalan akibat kehilangan kontrol. Polisi mengamankan sejumlah barang bukti dari lokasi kejadian, termasuk STNK dan SIM C atas nama yang bersangkutan. Proses identifikasi berlangsung lancar.

Warga bernama Angga (28), yang pertama kali mendengar suara benturan keras, mengaku terkejut ketika mendapati pengendara yang tergeletak adalah sosok yang selama ini ia lihat di layar kaca. Angga mengetahui identitas korban setelah mengirim rekaman singkat kejadian ke grup motor yang diikutinya.

Baca juga:  Lapor Pak Farhan, pengelolaan anggaran 900 juta pada tahun 2024 di Kecamatan Coblong diduga banyak Penyimpangan

Di balik perjalanan hidupnya yang penuh dinamika, Gary Iskak adalah figur yang memiliki dedikasi besar terhadap seni peran. Lahir di Bogor pada 10 Juli 1973 (sebagian catatan menyebut 11 Juli 1974), ia tumbuh dalam lingkungan seni yang kuat. Gary merupakan keponakan dari deretan tokoh film Indonesia seperti Alice Iskak, Boy Iskak, dan Indriati Iskak, serta cucu dari R. Iskak—nama yang tak asing dalam sejarah perfilman Indonesia.

Sejak awal 2000-an, Gary menunjukkan kemampuan akting yang jarang dimiliki banyak aktor: ia mampu berpindah dari karakter komedi ke dramatis, dari tokoh keras hingga sosok rapuh dan lembut. Hal inilah yang membuatnya bertahan di industri hiburan lebih dari dua dekade.

Film-film Ikonik

Beberapa film yang mempertegas kualitas aktingnya antara lain:

Ada Apa dengan Cinta? (2002) – salah satu kemunculan awal yang membuat wajahnya mulai dikenal.

D’Bijis (2007) – penampilannya sebagai Bule mengantarkannya meraih Aktor Pendukung Terbaik Indonesian Movie Awards, menjadi tonggak penting kariernya.

Ungu Violet (2005) – menunjukkan sisi dramatis yang emosional.

Baca juga:  Jadikan Technopark Sebagai Icon Kota Cimahi, Dicky Saromi: Untuk Bisa Menjadi Pusat Kreatif

Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (2020) – tampil sebagai montir, peran kecil namun bermakna dalam film keluarga populer.

Gary juga dikenal tampil total ketika beberapa kali memerankan karakter waria, sesuatu yang menunjukkan keberaniannya keluar dari zona aman seorang aktor laki-laki Indonesia.

Sinetron dan Serial Televisi

Di layar kaca, Gary membintangi berbagai sinetron, dari yang bernuansa drama sampai religi:

Tangisan Issabela (2009) – memerankan dua karakter sekaligus: Imran Hasan/Fariz.

Buku Harian Baim (2009–2010) – sebagai Doni, ayah Baim.

Heart Series 2 (2013) – tampil sebagai Hardy.

Kun Anta 2 (2019) – berperan sebagai Haji Badrun.

Kehadirannya di sinetron-sinetron tersebut memperkuat citranya sebagai aktor yang mudah berbaur dengan berbagai segmen penonton.

Sosok Keluarga di Balik Citra Maskulin

Meski tubuhnya dipenuhi tato dan kerap identik dengan karakter keras, mereka yang mengenalnya dari dekat menyebut Gary sebagai pria yang lembut, penuh humor, dan sangat mencintai keluarganya. Ia menjalani kehidupan rumah tangga bersama istrinya, Richa Novisha, dan dikenal sebagai figur ayah yang hangat.

Gary jarang menampilkan sisi keluarganya di ruang publik. Namun dari berbagai kesempatan wawancara, terlihat bahwa keluargalah ruang tenang baginya, tempat ia menemukan keseimbangan di tengah riuhnya dunia hiburan.

Baca juga:  Maklumat Penyelamatan Kebon Binatang Bandung 

Jejak yang Mengalir Sunyi, Warisan yang Tetap Hidup

Kepergian Gary Iskak pada usia 52 tahun membawa kembali ingatan publik pada perjalanan panjangnya sebagai aktor produktif yang tidak pernah setengah hati dalam bekerja. Namanya mungkin tidak selalu berada di puncak popularitas, tetapi kontribusinya terhadap film, sinetron, dan industri hiburan nasional melekat sebagai bagian penting dari ekosistem seni peran Indonesia era 2000-an hingga 2020-an.

Gary pergi dengan cara sunyi, namun jejaknya tidak akan lenyap. Dari peran-peran yang ia hidupkan, dari tawa yang ia hadirkan, hingga karakter keras yang ia sempurnakan—semua itu menjadikan Gary Iskak sebagai aktor yang meninggalkan warisan dalam karya, bukan sekadar nama.

Indonesia kehilangan seorang aktor. Dunia hiburan kehilangan seorang pekerja seni. Keluarganya kehilangan rumah, dan para penonton kehilangan senyum dan ketulusannya.
Namun, sebagaimana semua pekerja seni besar, Gary Iskak tetap hidup dalam setiap adegan yang pernah ia mainkan.